Sempena Hari Raya Qurban ni…. mungkin sesuai juga kita mengenang kembali Pengorbanan” yang telah ibu kita berikan…
KENANGLAH PENGORBANAN IBU….
Ketika ibu masih mengandung, anak yang dikandungnya menendang-nendang perutnya ibu beranjak bahagia dan senang betapa sehatnya anak yg dikandungnya meski sebenarnya yang ia rasakan rasa sakit. Sakit diterjemahkannya jadi bahagia.Ketika anaknya lahir tak seorang pun ibu menginginkan anaknya cacat, berharap lahir dengan sempurna.
…
Ketika anaknya masih kecil ibu selalu merawatnya dan tidak ada seorang ibu menginginkan anaknya tidak berhasil,slalu berusaha apa yg membuat anaknya bahagia dan senang meskipun sesekali anaknya membantah. Kelelahan diterjemahkannya jadi motivasi.
Ibu rela tidur tanpa selimut demi anak-anaknya tidur nyenyak dan menjaga nyamuk nakal. Meski dia merasa kedinginan dan berkata “tidurlah nak Ibu tidak kedinginan.”
Ketika mau makan yang ada hanya sepotong ikan yang tersisa, ibu berkata “ makanlah nak nanti ibu masak lagi”,padahal setelah anaknya beranjak pergi ibu makan tanpa ikan hanya garam dan air putih mengiringi nasinya sampai perut. Lantas anaknya bertanya “ ibu… kenapa hanya makan itu”???. Ibu tiada selera makan ikan nak,padahal dia hanya khuatir nafsu makan anaknya berkurang tanpa sepotong ikan.
Malam hari ketika si anak tidak dapat tidur, ibu tidak mau tidur lebih dulu, dengan membacakan dongeng lucu agar agar si anak cepat tidur dia khuatir anaknya ngantuk besok di sekolah, tanpa difikirkannya besok subuh dia harus memasakkan nasi untuk keluarganya……
“Ketika aku haus, ketika aku lapar, ketika aku sakit, ketika aku menderita kau alirkan darahmu kemulutku bersama hangat yang kau tawarkan dan ikhlas yang kau suguhkan. Tak ada wanita yang dapat menggantimu baik istreri, kekasih dan sahabat-sahabat yang lain. Kau adalah kau. Ibu adalah ibu. Pahlawan dalam hidupku senjata yang tak pernah kehabisan peluru dalam memerangi pahitnya hidup”.
Setelah anaknya membesar dan masuk ke IPT ibu merasa bahagia dan tertawa ketika anaknya beranjak pergi meninggalkan rumah untuk mencari ilmu. Setelah sianak pergi ibu pergi ke sudut kamar dan menangis betapa beratnya ia melepas anaknya,hanya saja dia khuatir bila menangis di depan anaknya,anaknya ikut juga menangis. Namun dia sedikit lega kerana dia sudah sedikit berhasil medidik anaknya. Ibu rela menderita demi anaknya meskipun kita tidak pernah merasakan apa yang dirasakannya.
Sehari setelah kepergian anaknya bagaikan sebulan, itulah yang dirasakan,ibu hanya menghitung kalender dan melihat tanggal kedatangan anaknya. Setelah anaknya cuti semester dan pulang ke rumah, ibu sibuk menyiapkan menu makanan guna menyambut anaknya, dan merasa dialah Chef yg paling hebat buat anaknya. Kerana ibu merasa tidak ada yang memasakkan nasi untuk anaknya di luar sana.
Malamnya dia asik bercerita dengan si anak apa yang dialaminya selama kuliah,jarum jam tidak dapat diajak kompromi hingga menunjukkan pukul 03.00 pagi. Tanpa difikirkannya dia harus bangun jam 5 pagi menyediakan sarapan un tuk keluarga tersayang….
Cuti semester selesai, anaknya harus bergegas lagi meniggalkan ibunya.. Waktu pun berjalan terus dengan kegigihan ibu dan penuh semangat sang anakpun berhasil dengan segulung Ijazah.
Ibu berharap anaknya dapat pekerjaan, setelah anaknya bekerja ibu tidak pernah mengharapkan imbalan atas pengorbanannya slama ini,tidak juga mengharapkan kiriman tiap bulan datang dari anak-anaknya seperti yang dia lakukan sebelumnya terhadap anaknya, hanya saja dia berharap anaknya tahu bersyukur dan mengerti akan kurnia dan berkat yang Tuhan berikan.
Ibu selalu membiarkan kita menang dalam permainan waktu kecil,setelah kita dewasa kadang-kadang kita tidak membiarkan ibu menang dalam memilih jalan kita.
Bagaimana dengan kita…..???Nagi yang masih punya ibu, Cuba kita lihat saat ibu sedang tidur nyenyak, renungkan sejenak jika ibu tidak membuka matanya lagi untuk selamanya..???
Bagaimana jika ibu sedang sakit di kampung atau di rumah..???suatu saat dia tidak lagi sanggup menahan sakit sehingga dia memilih untuk beristirahat di pangkuan Bapa di Syurga..???
Renungkan sejenak, tiba-tiba suara ibu tidak lagi terdengar di muka bumi ini…????tidak ada lagi suara yang setiap harinya melintas dari kuping kita meski dengan nada yg sama. Tidak ada lagi puisi-puisi dan doa yang setiap saat diucapkannya buat anaknya. Bayangkan jika keheningan itu terjadi.
Tidak tau dari malaikat mana dan langit keberapa kesabaran ibu diturunkan,juga dari bidadari mana kecantikannya,juga dari gudang mana ibu tidak pernah kehabisan senjata saat dia bergelut dan bergumul dalam kesusahan,juga dari profesor mana ke pintarannya. Tapi itu semua berkat Tuhan.
Meski tlah kutuliskan sejuta sajak untuk Ibu takkan mampu membandingi cinta dan pengorbanannya, Ibu tempat pelabuhan baktiku, Bukankah wajah ibu yg menua yg penuh gurat-gurat kelelahan bukti kesetiaannya menjaga kita dan merayu waktu agar bersahabat dengan kita. Keriput di jari dan lengannya yg mulai melemah tandanya ibu tidak pernah melepaskan genggaman cintanya saat kita merasa dingin bergaul dengan dunia,
Bibirnya mulai mengering dan menghitam. Karena tak henti mengalirkan doa untuk anaknya, Setiap pagi, siang dan malam masih ingin singgah, Selama berpuluh-puluh tahun usia anaknya bahkan sampai dia lelah dan memilih untuk ber istirahat di pangkuan bapa di Sorga.
Jika seorang Ibu menangisi hatinya untukmu, dan semuanya karena dirimu, inilah waktunya untuk melihat apa yang telah kau lakukan untuknya.
Hanya kamu yang tahu jawabannya. Pertimbangkanlah, karena suatu hari nanti mungkin akan terlambat untuk menyesal. Mungkin akan terlambat untuk bilang ‘MAAF’!!See More / melurjelita
Tiada ulasan:
Catat Ulasan