Home Klik Di Bawah

Rabu, 23 April 2014

Membeli Kebun di Surga

Suatu ketika, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang bersedekah, di
surga nanti, ia akan memiliki seperti yang ia sedekahkan.”
 
Abu Dahdah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, aku memiliki 
dua kebun. Apabila salah satunya kusedekahkan, apakah kelak aku akan memiliki 
kebun seperti itu di surga? 'Rasulullah SAW menjawab, “Benar.” Abu Dahdah kembali
 bertanya, “Apakah istri (Ummu Dahdah) dan anak-anakku juga akan bersamaku 
di surga?” Rasulullah SAW menjawab, “Benar.” 
 
 
 
 Abu Dahdah pun membulatkan tekadnya untuk menyedekahkan kebunnya  yang terbaik.
 Sesampainya di kebun itu, ia berjumpa dengan istri dan anak-anaknya.
 Ia pun menegaskan kepada mereka, “Aku akan menyedekahkan kebun ini. Dengan begitu,
 aku membeli kebun seperti ini di surga. Adapun engkau, istriku, akan bersamaku 
dan seluruh anak kita.”
 
 
Tiba-tiba saja meneteslah air mata bahagia dari kedua pelupuk mata istrinya yang
 beriman itu. Istri Abu Dahdah lalu berkata, “Semoga yang engkau jual dan beli 
diberkati Allah SWT, wahai suamiku.” Istri Abu Dahdah kemudian segera memanggil 
anak-anaknya dan meninggalkan kebun itu karena sudah bukan milik mereka lagi. 
Akhirnya, kebun itu  menjadi milik umat Islam yang miskin.

Kisah diatas dikutip oleh al-Kalbi dalam tafsirnya saat menjelaskan  surah 
al-Baqarah ayat 245,“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjamannya yang baik 
maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya  dengan banyak. Allah menahan dan 
melapangkan (rezeki) dan kepada- Nyalah kamu dikembalikan.”
 
Kisah ini juga diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib. Kisah ini mengingatkan 
kita bahwa apa yang tengah kita genggam sekarang ini, apa yang kita miliki kini,
 pada hakikatnya tidaklah memiliki arti apa-apa bila tidak kita infakkan, 
bila tidak kitasedekahkan di jalan Allah.
 
Harta yang diperhitungkan oleh Allah untuk diberi balasan kenikmatan surga 
bukanlah harta yang kita peroleh kemudian kita simpan, melainkan harta yang kita
 peroleh dengan jalan yang halal kemudian  kita infakkan (nafkahkan) dan kita 
sedekahkan. Abu Dahda, seorang sahabat Nabi, ketika mendengar bahwa sedekah yang
 kita berikan akan  diganti oleh Allah dengan ganti yang setimpal, bahkan lebih,
 dengan segera menginfakkan salah satu dari dua kebunnya, bahkan kebunnya yang 
terbaik. Ia berharapAllah akan menggantinya dengan kebun serupa di surga kelak.
Kisah ini dapat kita jadikan bahan renungan dan cerminan, apakah sudah seperti 
ituupaya kita untuk mendapatkan hal yang sepadan di akhirat kelak dengan apa yang 
kita infakkan di dunia ini. Apakah  infak dan sedekah yang kita keluarkan hanyalah 
serpihanserpihan kecil atau remah-remah dari harta kita yang tidak berarti dan 
tidak kita perhitungkan?

Seorang teman pernah berseloroh, “Bila Anda merasa berat sewaktu  berinfak dengan
 sepuluh ribu rupiah, tetapi merasa ringan sewaktu berinfak dengan seribu rupiah,
 seukuran itu pulalah kualitas Anda.  Semakin ringan Anda mengeluarkan infak dalam
 jumlah yang semakin besar dalam kemampuan Anda, sebesar itu pulalah kualitas Anda.
 ”Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman,“Berikan hartamu maka Aku akan
memberikepadamu.”
 
 (HR Bukhari dan Muslim). Karena itu,  jangan ragu-ragu untuk berinfak dan bersedekah.
 Biarkanlah diri Anda memberi. Bila Anda melakukannya dengan ikhlas dan kerendahan hati, 
 banyak berkah Ilahi yang mengalir kepada Anda.

Tujuh manfaat bersedekah:
1. membebaskan dari kesulitan,
2. menyembuhkan  penyakit,
3. memelihara harta benda,
4. meredakan murka Allah,
5. menarik cinta kasih manusia,
6. membuat hati yang keras menjadi lembut,
7. dan menambah keberkahan usia.

Dalam sebuah pepatah dikatakan, “Sebaik-baik harta adalah yang kamu infakkan
 (sedekahkan) dan sebaik-baik ilmu adalah yang memberimu guna.”
 
(dakwatuna.com)/slight-hope.blogspot.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan