Suatu ketika, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang bersedekah, di
surga nanti, ia akan memiliki seperti yang ia sedekahkan.”
Abu Dahdah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, aku memiliki
dua kebun. Apabila salah satunya kusedekahkan, apakah kelak aku akan memiliki
kebun seperti itu di surga? 'Rasulullah SAW menjawab, “Benar.” Abu Dahdah kembali
bertanya, “Apakah istri (Ummu Dahdah) dan anak-anakku juga akan bersamaku
di surga?” Rasulullah SAW menjawab, “Benar.”
Abu Dahdah pun membulatkan tekadnya untuk menyedekahkan kebunnya yang terbaik.
Sesampainya di kebun itu, ia berjumpa dengan istri dan anak-anaknya.
Ia pun menegaskan kepada mereka, “Aku akan menyedekahkan kebun ini. Dengan begitu,
aku membeli kebun seperti ini di surga. Adapun engkau, istriku, akan bersamaku
dan seluruh anak kita.”
Tiba-tiba saja meneteslah air mata bahagia dari kedua pelupuk mata istrinya yang
beriman itu. Istri Abu Dahdah lalu berkata, “Semoga yang engkau jual dan beli
diberkati Allah SWT, wahai suamiku.” Istri Abu Dahdah kemudian segera memanggil
anak-anaknya dan meninggalkan kebun itu karena sudah bukan milik mereka lagi.
Akhirnya, kebun itu menjadi milik umat Islam yang miskin.
Kisah diatas dikutip oleh al-Kalbi dalam tafsirnya saat menjelaskan surah
al-Baqarah ayat 245,“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjamannya yang baik
maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada- Nyalah kamu dikembalikan.”
Kisah ini juga diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib. Kisah ini mengingatkan
kita bahwa apa yang tengah kita genggam sekarang ini, apa yang kita miliki kini,
pada hakikatnya tidaklah memiliki arti apa-apa bila tidak kita infakkan,
bila tidak kitasedekahkan di jalan Allah.
Harta yang diperhitungkan oleh Allah untuk diberi balasan kenikmatan surga
bukanlah harta yang kita peroleh kemudian kita simpan, melainkan harta yang kita
peroleh dengan jalan yang halal kemudian kita infakkan (nafkahkan) dan kita
sedekahkan. Abu Dahda, seorang sahabat Nabi, ketika mendengar bahwa sedekah yang
kita berikan akan diganti oleh Allah dengan ganti yang setimpal, bahkan lebih,
dengan segera menginfakkan salah satu dari dua kebunnya, bahkan kebunnya yang
terbaik. Ia berharapAllah akan menggantinya dengan kebun serupa di surga kelak.
Kisah ini dapat kita jadikan bahan renungan dan cerminan, apakah sudah seperti
ituupaya kita untuk mendapatkan hal yang sepadan di akhirat kelak dengan apa yang
kita infakkan di dunia ini. Apakah infak dan sedekah yang kita keluarkan hanyalah
serpihanserpihan kecil atau remah-remah dari harta kita yang tidak berarti dan
tidak kita perhitungkan?
Seorang teman pernah berseloroh, “Bila Anda merasa berat sewaktu berinfak dengan
sepuluh ribu rupiah, tetapi merasa ringan sewaktu berinfak dengan seribu rupiah,
seukuran itu pulalah kualitas Anda. Semakin ringan Anda mengeluarkan infak dalam
jumlah yang semakin besar dalam kemampuan Anda, sebesar itu pulalah kualitas Anda.
”Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman,“Berikan hartamu maka Aku akan
memberikepadamu.”
(HR Bukhari dan Muslim). Karena itu, jangan ragu-ragu untuk berinfak dan bersedekah.
Biarkanlah diri Anda memberi. Bila Anda melakukannya dengan ikhlas dan kerendahan hati,
banyak berkah Ilahi yang mengalir kepada Anda.
Tujuh manfaat bersedekah:
1. membebaskan dari kesulitan,
2. menyembuhkan penyakit,
3. memelihara harta benda,
4. meredakan murka Allah,
5. menarik cinta kasih manusia,
6. membuat hati yang keras menjadi lembut,
7. dan menambah keberkahan usia.
Dalam sebuah pepatah dikatakan, “Sebaik-baik harta adalah yang kamu infakkan
(sedekahkan) dan sebaik-baik ilmu adalah yang memberimu guna.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan