Di sekitar kita banyak kita temui orang-orang yang
berbadan gemuk dan berat yang di atas batas normal. Mereka yang berbadan
gemuk cenderung dikenal sering makan, bertubuh kurang sehat, tidak
maksimal bergerak, kurang beraktivitas, dan mudah sakit. Bahkan sebagian
malas beribadah.
Banyak ibadah di dalam Islam yang menjadi terganggu karena badan
kegemukan. Yang paling utama adalah ibadah jihad dan haji atau umrah.
Oleh karena itu Islam cenderung memandang negatif terhadap orang yang
kegemukan.
Pandangan Hadits tentang Kegemukan
Dalam sahih Bukhari dan Muslim (261H), dari ‘Imran bin
Hushain radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
«خَيْرُكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا
يَخُونُونَ وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ، وَيَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ،
وَيَنْذِرُونَ وَلاَ يَفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ
»
“Yang paling baik dari kalian adalah orang yang hidup di masaku,
kemudian masa setelahnya, kemudian seetelahnya. Sesungguhnya pada masa
yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya,
mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak
melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan”.
Dalam riwayat Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«ثُمَّ يَخْلُفُ قَوْمٌ يُحِبُّونَ السَّمَانَةَ، يَشْهَدُونَ قَبْلَ أَنْ يُسْتَشْهَدُوا»
“Kemudian datang kaum yang suka menggemukkan badan, mereka bersaksi sebelum diminta bersaksi.”
Imam Al Qurthubi (671H) rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah
celaan bagi orang gemuk, karena gemuk yang disengaja disebabkan karena
banyak makan, minum, santai, foya-foya, selalu tenang, dan terlalu
mengikuti hawa nafsu. Ia adalah hamba bagi dirinya sendiri dan bukan
hamba bagi Tuhannya, orang yang hidupnya seperti ini pasti akan
terjerumus kepada yang haram, dan semua daging yang tumbuh di badannya
dari yang haram maka neraka adalah tempat yang tepat yang layak baginya.
Allah -subhanahu wa ta’aalaa- telah mencela orang kafir karena banyak
makan, dalam firman-Nya:
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ} [محمد: 12]
“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan
seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.”
(QS Muhammad:12)
Maka jika seorang mukmin meniru mereka dan menikmati kenikmatan dunia
setiap saat, lantas dimana hakikat keimanan dan pelaksanaan Islam pada
dirinya? Barangsiapa yang banyak makan dan minum, maka ia akan semakin
rakus dan tamak, bertambah malas dan banyak tidur di malam hari. Siang
harinya dipakai untuk makan dan minum, sedangkan malamnya hanya untuk
tidur. (Jami’ li Ahkam Al-Qur’an 13/394)
Dalam hadits lain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
” إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ العَظِيمُ
السَّمِينُ يَوْمَ القِيَامَةِ، لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ
بَعُوضَةٍ، وَقَالَ: اقْرَءُوا {فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَزْنًا} [ الكهف : 105 ] ” .
Sesungguhnya akan didatangkan seseorang yang sangat gemuk pada hari
kiamat, akan tetapi timbangannya disisi Allah tidak seberat sayap lalat.
Bacalah firman Allah: “Dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi
(amalan) mereka pada hari kiamat.” (Shahih Bukhari dan Muslim)
Imam An-Nawawi (676H) rahimahullah mengatakan: Hadits ini adalah celaan bagi orang yang gemuk. (Syarah Sahih Muslim 17/129)
Ja’dah Al-Jusyamy radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk perut seorang yang
gemuk dan berkata:
” لَوْ كَانَ هَذَا فِي غَيْرِ هَذَا، كَانَ خَيْرًا لَكَ ”
“Seandainya ini bukan di sini, pasti akan lebih baik”. (Mustadrak Al-Hakim: Sanadnya bagus)
Komentar Imam Asy Syafi’i tentang Kegemukan
Imam Syafi’iy (204H) rahimahullah berkata, “Sama sekali tidak akan
beruntung orang yang gemuk, kecuali Muhammad bin Hasan Asy-Syaibany
(189H).”
Imam Syafi’iy ditanya, “Kenapa demikian?”
Beliau menjawab, “Karena seorang yang berakal tidak lepas dari dua
hal; sibuk memikirkan urusan akhiratnya atau urusan dunianya, sedangkan
kegemukan tidak terjadi jika banyak pikiran. Jika seseorang tidak
memikirkan akhiratnya atau dunianya berarti ia sama saja dengan hewan.”
(Hilyatul Auliya)
Kemudian Imam Syafi’iy menceritakan kisah seorang raja yang sangat
gemuk sampai tidak bisa berbuat apa-apa. Sang raja mengumpulkan para
dokter dan berkata, “Carilah cara untuk mengurangi berat badanku.” Akan
tetapi tidak seorang dokterpun yang bisa memberi solusi.
Kemudian sang raja mendengar tentang seorang yang pandai, beradab,
bisa mengobati, dan meramal. Lalu sang raja mengutus seseorang kepadanya
meminta pengobatan dan akan diberi kekayaan.
Orang pintar berkat, “Semoga Allah menyembuhkan sang raja, saya
adalah seorang dokter dan peramal, maka berilah saya kesempatan malam
ini untuk melihat nasib yang mulia, dan obat apapun yang sesuai dengan
ramalan nasib yang mulia maka akan aku berikan.”
Keesokan harinya, orang pintar berkata, “Wahai sang raja, beri aku perlindungan!”
Raja menjawab, “Jangan takut, kamu akan aman.”
Orang pintar berkata, “Aku telah melihat ramalan yang mulia dan
menunjukkan bahwa umur yang mulia hanya tinggal satu bulan. Maka
terserah yang mulia, apakah masih mau aku obati atau tidak. Dan kalau
yang mulia tidak percaya, maka tahanlah aku disini. Jika perkataanku
benar, maka bebaskan aku. Dan jika tidak, maka hukumlah aku.”
Lalu sang raja menahannya, kemudian pergi menyendiri jauh dari
rakyatnya. Perasaan risau terus menghantuinya, ia terus menunduk tidak
pernah mengangkat kepala, menghitung hari demi hari sisa hidupnya. Makin
bertambah hari berlalu, makin bertambah pula rasa cemasnya. Sampai
akhirnya ia menjadi kurus, setelah berlalu 28 hari.
Kemudian sang raja memanggil orang pintar tersebut dan berkata, “Bagaimana menurutmu?”
Orang pintar berkata, “Semoga Allah memuliakan sang raja, saya lebih
hina dihadapan Allah untuk mengetahui yang gaib. Dami Allah umur saya
pun tidak aku ketahui, lalu bagaimana mungkin aku mengetahui umur yang
mulia? Aku sama sekali tidak punya obat kegemukan kecuali rasa khawatir
dan cemas, dan aku tidak bisa membuat yang mulia merasa cemas kecuali
dengan cara ini.”
Akhirnya tubuh sang raja tidak gemuk lagi, dan orang pintar tersebut diberi hadiah yang baik. (Manaqib Imam Asy Syafi’i)
Komentar Umar bin Al Khathab tentang Perut Gendut
Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu pernah bertemu seseorang di jalan, dan bertanya kepadanya.
“Kenapa perutmu besar seperti ini?”, tanya Umar bin Khattab radhiyallahu ‘Anhu.
“Ini karunia dari Allah,” jawab orang tersebut.
“Ini bukan berkah, tapi azab dari Allah!”, seru Umar.
Ia pun melanjutkan, “Hai sekalian manusia, hai sekalian manusia.
Hindari perut yang besar. Karena membuat kalian malas menunaikan shalat,
merusak organ tubuh, menimbulkan banyak penyakit. Makanlah kalian
secukupnya. Agar kalian semangat menunaikan shalat, terhindar dari sifat
boros, dan lebih giat beribadah kepada Allah.”
Ustadz Umar Ar Rahimiy
http://www.fimadani.com
Tiada ulasan:
Catat Ulasan