Home Klik Di Bawah

Isnin, 18 November 2013

Harta Karun, Siapa Qarun Zaman Ini? 4 Cirinya.

CATATAN SANTAI IBNU HASYIM 
GEMPAR beberapa hari ini kisah 'harta karun' di temui di Aceh. Siapa sebenarnya Qarun itu? 

Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir'aun dan Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan. 

Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat kerana beratnya isi kekayaan Qarun., walau diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun.  Mereka masih kewalahan.
Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil. Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. 
 
Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutamakan apa yang ada di sisi-Nya. Kerana itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun, dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan, kerusakan serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain. 

Kelompok kedua ialah, yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun kerana mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu. Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya harta dan kekayaan. 

Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang Mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah SWT di atas, segala nikmat harta kekayaan.. Memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal bermanfaat, kabaikan dan hal yang halal, Kerana semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan..
 
  •  Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu kerana ilmu yang ada padaku... 
 
Murkanya Allah SWT atas kesombongan Qarun itu. Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkak. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata.. 
 
  • Moga-moga kita memiliki seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai untung besar. 
 
Tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu, menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata; Celakaan besar kamu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang beriman dan beramal saleh…. Maka, berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi. 

Tenggelamlah ia beserta harta miliknya, disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya. Melihat itu, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan jadi seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah kerana tidak mengalami nasib seperti Qarun. 

Mereka berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”
 

 

Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-`Ankabut, dan satu kali dalam surah al-Mu’min. Penyebutan dalam surah al-`Ankabut pada pembahasan singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, yaitu Qarun,Fir’aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka. 

  • Dan (juga) Qarun, Fir’aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). 
  • Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. 
(al-`Ankabut: 39-40)


Penyebutan dalam surah al-Mu’min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya.”Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir’aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata; 

  • (Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.
 
(al-Mu’min:23-24)

Kesimpulan:  


Trajis harta yang dikumpulkan Qarun selama bertahun-tahun, seperti emas, perak, binatang ternak, istana yang megah dan bahan makanan yang melimpah, yang selalu dihitung dan dibangga-banggakannya hilang dalam sekejap mata ditelan bumi. Nasib tragis hartawan pada masa Nabi Musa as itu, diabadikan Allah Swt dalam Alquran agar menjadi pelajaran bagi manusia. Harta itu milik Allah; Diberikan kepada siapa saja yang dikehendakiNya dan akan dicabut kembali bila Ia menghendakinya.


Qarun termasuk kelompok istidraj, yakni ditangguhkan dan diundurkan kehancurannya, dengan terus dianugerahi nikmat meski hamba itu jahat (QS. Al-A’raf: 182).  Sedikitnya ada empat sifat jahat dari Qarun, yang mencelakakan, sehingga tidak boleh satu pun kita yang memimpikan kekayaan seperti kayanya Qarun, sepupu Nabi Musa itu.


Satu:


Ia menolak titah Nabi Musa, untuk terus dekat Allah, hingga ajal, meski papa atau kaya. Semula Qarun hamba Allah yang meramaikan shaf shalat dan zikir, bersama Nabi Musa dan jamaahnya, sekitar Kairo, Mesir. Dia semula warga yang papa dan fakir, dan mungkin saja sedang disahuti bidadari syurga, jika mati taat saat itu. Namun terakhir, luluh juga hati Nabi Musa, saat setiap hari ia merengek pada saudaranya Musa, agar diajarkan, sedikit saja ilmu kimia, mungkin itu ilmu kiat mendulang emas.


Selain ramai anak, awal kehidupan Qarun miskin betul. Sehingga selain meminta Musa untuk mendoakannya kepada Allah, dia juga minta diajarkan ilmu tukang emas. Ia mohon lewat kerja dan doa berupa kekayaan, harta benda, dan Allah pun mengabulkannya. Kisahnya juga ternyata penuh kelicikan. Ia sering mengambil harta dari Bani Israel yang lain. Maka menambah pundi emas, dan ribuan gudang harta yang melimpah ruah, penuh berisi koin emas dan mata uang perak.


Riya dan suka pamer

Kita jadi ingat juga sama anak Nabi Adam lain, Qabil yang dengan riya dan pamer, mengorbankan hartanya yang jelek dan layu, yang iri pada saudaranya Habil. Habil yang tulus mempersembahkan ternak yang baik dan gemuk. Akhirnya dia menumpahkan nyawa adiknya, Habil, korban perdana dalam sejarah. Padahal seperti kita juga, Qabil juga Qarun itu, keturunan ambiya. Qarun adalah sepupu Nabi Musa.


Konglemerat itu anak Yashar, adik kandung Imran, ayah Musa, dalam satu riwayat. Nabi Musa dan Qarun masih keturunan Yaqub.  Keduanya cucu dari Quhas putra Lewi, yang bersaudara dengan Nabi Yusuf bin Yaqub as, hanya berbeda ibu. Jadi biodatanya, Qarun bin Yashar bin Qahit/ Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azar, dalam satu versi.


Dua:


Dia amat pelit (bakhil) dan sombong (takabbur). Padahal Nabi Musa minta agar ia bermurah hati pada tetangga sebelah dan tetangga jauh. Supaya ia suka berbagi, kian sosial, bukan asosial. Sayangnya, Qarun terus menjalani dan menghitung harta dengan congkak dan bakhil-nya. Material dan propertinya sangat banyak, konon, sampai kunci-kunci gudang hartanya pun tidak sanggup dipikul oleh pemuda terkuat sekalipun.


Alim ulama dan warga sering menasihati Qarun, agar kurangi sombong dan rutin menyedekahkan sebahagian hartanya, untuk rumah ibadah, panti, jalan raya, korban bencana, dan pangan saudaranya. Qarun malah menampiknya, bahkan komplain:


“Buat apa aku bersedekah? Kalau mereka miskin, itu salah mereka. Patutnya mereka berusaha dan bekerja lebih giat lagi, seperti aku.”


Penduduk miskin yang naif kadar imannya, merasa cemburu atas kekayaan Qarun. Sering saat ngopi warga membandingkan keadaan mereka dengan Qarun.


“Mengapa Tuhan tidak adil...,” rintih salah seorang dari mereka. “Tuhan memberikan harta yang banyak kepada Qarun yang tidak berperikemanusiaan. Sedangkan kita yang miskin tidak diberi secuil harta pun.”


Teman-teman yang lain pun mengangguk setuju. Sementara itu, mereka yang kuat imannya tidak merasa dengki, mereka justru menyayangkan perilaku Qarun yang bermewah-mewah dan tidak mahu memikirkan saudaranya. Khabar angkuhnya Qarun sampai kepada Nabi Musa. Nabi umat Yahudi itu segera mendatangi dan menasihatinya,


“Wahai Qarun, semua yang kamu miliki ini adalah milik Allah dan pasti akan kembali kepada-Nya.” Qarun yang sok menampik dan melawan, “Sesungguhnya harta yang ada padaku adalah kerana ilmu yang ada padaku dan hasil kerja kuatku sendiri.”


Nabi Musa masih sabar, “Semua ilmunya juga berasal dari Allah dan akan dicabut oleh Allah kapan pun Allah mahu.” Qarun yang keras hati tetap tak bergeming.


“Bagikan hartamu untuk fakir miskin. Bukankah Allah memerintahkan demikian bagi mereka yang mampu?” ajak Musa.


Kala itu Qarun masih mahu mengikuti perintah Nabi, dan agak setuju untuk membagi sebahagian hartanya untuk fakir miskin. Negosiasi pun berlanjut dan dijajaki, soal kalkulasi berapa harga yang mesti dikeluarkan untuk disedekahkan. Sekembali ke istana, malamnya Qarun menghitung kembali jumlah yang perlu dikeluarkan untuk sedekah dan zakat. Tiba-tiba saja sifat kikir kembali menghinggapi dirinya dan menganggap jumlahnya terlalu besar untuk dikeluarkan.


“Enak saja, aku yang bersusah payah, kenapa harus dibagi-bagi kepada orang lain?” omelnya, usai menghitung hartanya.


Esoknya dia menolak juga berbagi bersama warga, dan pemungut zakat, utusan Nabi. Jadi ia hancur kerana sebab ketiga.


Tiga:


Iaitu ia menolak menunaikan zakat, infak, dan sedekah. Sehingga dia hidup serba kaya raya. Qarun memutuskan untuk tidak menyedekahkan hartanya apa pun risikonya. Ia malah menganggap ucapan dan anacaman Nabi Musa hanya bualan, basa-basi, di siang bolong. Dengan tuduhan keji, bahkan ia berseru kepada semua penduduk, bahawa Musa ingin merampas harta mereka secara halus dengan mengatakan bahawa Allah telah mewahyukan kepadanya perintah untuk bersedekah.


Akubatnya keempat..


Empat:


Ia mencintai dunia berlebihan, mempamer, dan pertahankan materialnya, seperti cara kapitalis dan lintah darat. Bahkan demi itu, dia rela menebar fitnah. Hari-hari Qarun asyik mempamerkan berbagai macam kekayaannya seperti rumah besar, kuda bagus, baju mewah, perhiasan mahal, kasut kualiti, bahkan pengawal dan hamba sahaya yang cukup  banyak.


Kebencian Qarun terhadap perintah Allah dan Rasul pun, termasuk untuk bersedekah begitu besar. Ia sanggup menjatuhkan martabat Musa di mata kaumnya, selain tuduhan tadi. Diam-diam Qarun mengongkoskan satu wanita untuk menyatakan dirinya telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Fitnah itu pun menyebar cepat ke telinga seluruh penduduk negeri. Musa dan para sahabat sangat terkejut begitu berita itu sampai ke biliknya.


 Spontan mereka mencari wanita tersebut. “Cik adik, mengapa kau berkata seperti itu?” tanya Musa begitu ia menemui wanita lemah itu.


“Kau sendiri pasti tahu, Nabi Allah tidak akan melakukan perbuatan sehina itu!” desak para sahabat.


Dengan ketakutan wanita itu menjawab: “Maafkan aku tuan, aku hanya disuruh melakukannya.”


“Siapa? Katakan! kau tahu, perbuatanmu itu sungguh dilaknat Allah. Minta ampunlah kepada-Nya! Dan bersumpahlah atas nama Allah, siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini?”


Dengan ketakutan, wanita itu akhirnya mengakui bahawa dia melakukan perbuatan tersebut, atas perintah Qarun, yang berjanji akan membayar maharnya. Setelah mendengar kebohongan itu, Musa lantas tersungkur bersujud dan berdoa agar Qarun mendapat ganjaran atas perbuatannya merendahkan martabat seorang Nabi. Allah memerintahkan kepada bumi untuk menenggelamkan Qarun beserta seluruh hartanya yang melimpah, termasuk juga rumah mewahnya hanya dalam satu malam saja. Kerana hubbud dunya, sombong, dan menantang Nabi (QS. Al-Qashash: 76-83).


Ditelan bumi
Dalam riwayat lain dikisahkan, esoknya Musa sendiri menjumpainya, sambil berdiri di depan istananya. Dengan tongkatnya, Musa memukul tanah, dan mengisyaratan agar bumi menelan Qarun dan hartanya. Qarun dan koin emas, beserta harta yang melimpah pun tenggelam. Saat mahu ludes ditelan bumi, sebagaimana saat Fir’aun minta tolong pada Musa waktu ajal hingga ke leher. Dalam air Masin di Laut Merah, Qarun pun minta tolong pada Musa agar selamat, jangan ditelan bumi.


Rayunya, “Kita saudara Musa, tolong aku!!”


Andai minta ampun dan taubat lebih cepat lagi, sebelum ajal hamba dicabut, taubat masih diterima, asal bukan minta tolong pada manusia, tapi pada Allah. Seluruh kota gempar oleh peristiwa sekejap itu. Bekas lubang menganga ditemui di lahan bekas istana Qarun. Lenyap, tidak ada lagi rumah mewah, ternak merumput, dan guci harta kekayaan yang pernah terlihat sebelumnya. Semuanya telah musnah, ikut tenggelam bersama pemiliknya.


Orang-orang yang dulu mengeluhkan keadaan mereka tidak seberuntung Qarun, berkata, kini terbalik.


“Andai saja kami dulu hidup seperti Qarun, pastilah kami akan mengalami nasib yang sama seperti Qarun. Demi Allah, hidup seperti ini lebih baik bagi kami dari pada kami tenggelam ke dasar bumi seperti Qarun.”


Dulu mereka mengomel, mengapa kita tidak kaya seperti Qarun, tapi kini mereka bersyukur pula, sebab tidak seperti Qarun. Moga sebelum terlambat, ini menjadi pelajaran bagi kita baik yang mencari kerang, memburu koin emas, membeli dirham dan barang temuan lainnya, atau yang sejenis sepertinya, sepanjang zaman.
http://www.ibnuhasyim.com/

Tiada ulasan:

Catat Ulasan