Mari kita berbicara tentang dunia dan bertanya tentangnya.
Jika kita dituntut untuk menemui jawaban yang hakiki, kita akan
dituntun kepada satu jawaban bahwa ia (dunia itu) hanyalah bayangan yang
tidak lama lagi akan hilang, bahkan ia hanyalah setitik air jika
dibandingkan dengan lautan luas yang tidak bertepi.
Sebanyak manapun yang kita dapat di sini, di dunia ini, maka ia hanyalah
bernilai setitik. Oh, tidak! bahkan mungkin kurang dari setitik.
Ini adalah kerana setitik itu adalah untuk dunia keseluruhannya,
sementara kita tidak memiliki dunia keseluruhannya tetapi hanya
sebahagian dari dunia ini yang sanggup kita nikmati.
Aduhai! Betapa malangnya kita jika kita sangka dunia ini telah menjadi segala-galanya. Tidak, wahai saudaraku!
Di sini, di tempat yang bernama dunia ini, tidak ada yang
segala-galanya. Hanya manusia yang tidak percaya akan keabadian akhirat
yang akan menjadikan dunia ini segala-galanya.
Ingatlah, dunia yang kita lihat penuh gemerlapannya ini hanyalah :
1. Bayangan.
2. Setitik air.
3. Beberapa nafas.
4. Beberapa tahun.
Dan setelah itu, kita akan memasuki gerbang keabadian. Di sana,
(dengan limpahan RahmatNya padamu) hanya amalan kita yang akan menuntun
kita menaiki anak-anak tangga kebahagiaan
menuju syurga yang kenikmatannya :
1. Tidak pernah disaksikan oleh pandangan mata sesiapapun.
2. Tidak pernah didengarkan oleh telinga sesiapapun jua.
3. Tidak pernah terdetik dalam fikiran dan hati makhluk manapun.
Namun, di sinilah, di tempat yang bernama dunia inilah kita
menyemainya. Dunia ini adalah ladang akhirat kita Di sinilah sumber
kebahagiaan dan keberuntungan kita di akhirat.
Hanya di sini kita diizinkan olehNya untuk mengumpulkan bekalan
yang menguntungkan kita di sana. Di sinilah arena dan gelanggang para‘muttaqin’, ‘shiddiqin’ dan ‘syuhada’’ berlumba menuju ampunan Rabb mereka.
Jika kita ingin tahu, hakikatnya dunia inilah yang sentiasa menjadi angan-angan para penduduk Syurga dan para penghuni Neraka.
Allah swt menceritakan tentang penghuni Neraka :
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke
neraka, lalu mereka berkata : “Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan
tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami serta menjadi orang-orang yang
beriman”, (tentulah engkau –Muhammad- akan melihat suatu peristiwa yang
memilukan.” (QS Al An’aam : 27)
Dalam ayat lain firman Allah swt :
Dalam ayat lain firman Allah swt :
“Dan mereka (para penghuni neraka) itu berteriak di dalam neraka
itu : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan
mengerjakan amal yang soleh berbeza dengan dahulu telah kami kerjakan.”
(QS Faathir : 37)
Angan-angan yang sia-sia belaka…
Angan-angan yang sia-sia belaka…
Hari-hari dunia adalah hari-hari amal, BUKAN perhitungan dan pembalasan.
Hari-hari akhirat adalah hari-hari perhitungan dan pembalasan, BUKAN amal.
Tentang penghuni syurga yang mengangankan dunia, ‘Abdullah bin Mas’ud ra meriwayatkan :
“ Sesungguhnya para syuhada’ itu bagaikan burung-burung hijau
yang lepas bebas di syurga ke mana sahaja ia mahu. Kemudian ia akan
kembali pada pelita-pelita yang bergantungan di ‘arsy. Dan ketika mereka
berada dalam keadaan seperti itu, muncullah Rabb mereka di hadapan
mereka seraya berkata : “Wahai hamba-hambaKu, mintalah kepadaKu apa
sahaja yang kamu inginkan !”. Mereka pun berkata : “Wahai Rabb kami !
Kami meminta padaMu agar Engkau mengembalikan ruh kami ke dalam jasad
kami, lalu Engkau kembalikan kami ke dunia hingga kami dibunuh sekali
lagi di sana (di jalanMu).” Maka tatkala Allah melihat bahwa mereka
tidak meminta selain hal itu, Dia pun meninggalkan mereka.” ( HR Muslim)
Allah telah mengetahui bahwa mereka, iaitu para syuhada’ akan meminta untuk dikembalikan sekali lagi ke dunia dan bahwa mereka tidak akan dikembalikan ke dunia.
Allah telah mengetahui bahwa mereka, iaitu para syuhada’ akan meminta untuk dikembalikan sekali lagi ke dunia dan bahwa mereka tidak akan dikembalikan ke dunia.
Namun Allah swt hendak memberitahukan kepada orang-orang mu’min
yang masih hidup di dunia bahwa kelak cita-cita mereka di syurga adalah
mati terbunuh di jalanNya. Ini tidak lain agar mereka semakin terdorong
untuk meraih kenikmatan itu.
Sungguh jauh perbezaan antara kedua angan-angan itu. Sama-sama
berangan untuk kembali ke dunia demi melakukan amal soleh. Namun yang
satu kerana merasakan dahsyatnya siksa neraka, sementara yang lain
kerana telah merasakan nikmat yang tiada bandingannya.
Seorang salaf bernama Ibrahim At Taimy rahimahullah pernah mengatakan :
Seorang salaf bernama Ibrahim At Taimy rahimahullah pernah mengatakan :
“Aku membayangkan diriku berada di dalam syurga ;
1. Memakan buah-buahnya.
2. Memeluk bidadari-bidadarinya yang perawan.
3. Menikmati segala kenikmatannya.
Lalu aku berkata kepada diriku sendiri :
“Wahai diriku ! Apa sesungguhnya yang engkau angan-angankan saat ini ??”.
Ia menjawab :
“Aku mengangankan untuk dikembalikan ke dunia agar aku dapat
menambah amal-amal yang menyebabkan aku mendapatkan semua nikmat ini.”
Lalu aku membayangkan diriku di dalam neraka :
1. Dibakar dengan apinya yang menyala-nyala.
2. Dipaksa untuk meminum air ‘hamim’ nya yang dipenuhi darah dan nanah.
3. Dipaksa makan buah zaqqumnya yang menjijikkan.
Maka aku berkata pada diriku sendiri :
“Apakah yang engkau inginkan saat ini ??”
Ia menjawab :
“Aku ingin dikembalikan ke dunia lagi agar aku dapat mengerjakan
amalan yang dapat menyelamatkan aku dari siksaan yang mengerikan ini.”
(Setelah membayangkan itu semua), akupun berkata pada diriku sendiri :
“Wahai diriku ! Engkau telah mendapatkan angan-anganmu itu. (Kini engkau
masih berada di dunia), maka segeralah beramal !”.
Bahkan ada seorang ulama salaf yang pernah menggali lubang
kubur untuk dirinya sendiri. Semasa ia mengalami dan merasakan kejemuan
dalam beramal, ia pun turun ke dalam lubang itu.
Di sana ia menlunjurkan tubuhnya lalu berkata :
“Wahai diriku ! Anggaplah sekarang ini engkau telah mati dan telah berada dalam liang lahadmu, apakah yang engkau inginkan ?”.
Maka ia pun menjawab :
“Aku ingin dikembalikan lagi ke dunia agar aku dapat beramal soleh.”
Ia lalu mengatakan kepada dirinya sendiri :
“Sekarang engkau telah mendapatkan apa yang engkau inginkan.
(Engkau sekarang masih hidup di dunia). Bangunlah dan kerjakanlah amal
soleh itu !”.
Demikianlah sahabatku, jika engkau mengetahui tentang para penghuni kubur itu, engkau akan tahu apa yang sentiasa mereka angan-angankan :
1. Mereka sentiasa berangan untuk dapat bertasbih sepertimana yang engkau lakukan saat ini, walaupun hanya sekali sahaja.
2. Mereka akan irihati melihatmu tegak mengerjakan solat.
Aduhai! Andainya kami dapat mengerjakannya walau hanya satu rakaat sahaja, begitulah kata mereka.
Jika dahulu di dunia mereka adalah pemilik kekayaan yang melimpah
ruah, maka di sana, di alam kubur itu, mereka berharap dapat bersedekah
meskipun hanya seringgit dua ringgit. Yang penting ada tambahan catatan
kebajikan di sisi Allah. Ya!, jika engkau berada di tempat itu, seperti
itulah angan-anganmu sepanjang waktu.
Ibn Qudamah rahimahullah meriwayatkan dalam wasiatnya bahwa suatu
ketika ada seorang laki-laki yang mengerjakan solat dua rakaat di
sebelah sebuah kubur. Selepas itu ia bersandar hingga tertidur.
Di dalam tidurnya ia bermimpi seperti melihat penghuni kubur itu berkata kepadanya :
“Jauhlah dirimu dariku !! Engkau telah menyakitiku. Demi Allah,
sungguh dua rakaat yang engkau kerjakan itu jika sahaja aku yang
mengerjakannya, maka ia jauh lebih aku sukai daripada dunia beserta
isinya. Sungguh, kamu yang masih hidup ini sentiasa beramal tapi sama
sekali tidak mengetahui hakikat kematian ini. Tapi kami, kami telah
mengetahuinya namun kami tidak dapat lagi mengerjakan amalan apapun.”
INGATLAH, SAUDARAKU…
Sedarlah bahwa :
1. Masa hidup kita sungguh terbatas.
2. Nafas kita hanya berbilang.
3. Setiap tarikan dan hembusan nafas tidak lebih dari sebuah petanda bahwa usia kita di dunia telah berkurang.
Sungguh sangat singkat usia dunia kita ini. Oleh yang demikian,
setiap bahagian waktu bahkan setiap bahagian terkecilnya adalah permata
yang tidak ternilai dan tiada bandingannnya.
Ingatlah bahwa dengan kehidupan yang singkat ini akan menukarkannya kepada sebuah kehidupan yang abadi :
1. Abadi dalam kenikmatan.
2. Abadi dalam azab yang pedih.
Jika kita cuba membandingkan kehidupan ini dengan kehidupan
akhirat, akan sedarlah kita bahwa setiap nafas itu mempunyai harga yang
lebih besar daripada waktu beribu-ribu tahun di akhirat ; entah semua
itu dalam kenikmatan yang tidak berbatas atau sebaliknya.
Oleh kerana itu :
1. Jangan persiakan permata umurmu tanpa melakukan suatu amalan.
2. Jangan engkau biarkan ia pergi tanpa mendapatkan balasan yang setimpal.
Bersungguh-sungguhlah agar setiap tarikan nafasmu tidak pernah kosong dari kesolehan dan taqarrub kepadaNya.
Namun dalam banyak hal, jika engkau kehilangan sebutir permata duniamu, betapa sedihnya hatimu.
Tapi :
1. Bagaimana jika yang hilang adalah permata akhiratmu?
2. Bagaimana mungkin engkau sanggup menyia-nyiakan dan membuang waktumu begitu sahaja?
3. Bagaimana mungkin engkau ‘tenang-tenang’ sahaja, padahal semakin banyak jejak-jejak usiamu di dunia ini yang terhapus?
Bayangkanlah jeritan penyesalan para penghuni kubur dan neraka itu.
Air mata darah sekalipun tidak memberi mereka jalan untuk kembali ke
dunia.
Wahai sahabatku, kini, aku dan kau masih di sini. Ya, masih di
dunia fana ini. Tempat kita menyemai tanaman akhirat. Maka marilah kita
segera beramal!
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia yang kami diami ini
sebagai kecintaan kami kerana sesungguhnya ia hanyalah ujian dariMu dan
merupakan sebuah tipuan yang melalaikan.
Sangkutkanlah hati kami kepada
akhiratMu sehingga kami akan lebih bertenaga untuk melaksanakan
amal-amal soleh yang akan menjadi cahaya dan penyelamat kami di alam
yang lebih abadi.
Oleh: WAS
http://deenville.com/
Tiada ulasan:
Catat Ulasan