Rabu, 27 Jun 2012

Detik-Detik Ketika Amalan Kita Dibawa Ke LangitT Oleh Malaikat


Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW berkata kepada Mu’adz, “Hai Mu’adz, sesungguhnya aku akan menyampaikan hadis kepada engkau. Jika engkau hafal, niscaya bermanfaat bagimu di sisi Allah. Sedangkan jika engkau sia-siakan dan tidak engkau hafal, niscaya terputuslah hujahmu (alasanmu) di sisi Allah pada hari, kiamat.”


Setelah itu Rasulullah SAW menceritakan kepada Mu’adz tentang perjalanan amal dari langit ke langit, yang ringkasannya adalah sebagai berikut:
 
 
 
 
 



Sesungguhnya, sebelum Dia menciptakan langit dan bumi Allah Tabaraka wa Ta’ala menciptakan tujuh malaikat. Kemudian pada tiap-tiap langit diutus satu malaikat sebagai penjaga pintunya. Lalu naiklah para malaikat penjaga amal manusia, membawa amal seorang hamba. Amal itu berjalan diiringi cahaya seperti cahaya matahari. Namun malaikat penjaga pintu langit berkata kepada malaikat penjaga amal, “Pukulkan amal ini kepada muka pemiliknya. Akulah malaikat pengurus umpatan. Aku ditugaskan oleh Tuhanku, agar tidak membiarkan amal seseorang yang di dalamnya terdapat umpatan, melewatiku.”


Kemudian naik lagi malaikat penjaga amal, dengan membawa amal saleh seorang hamba Allah. Amal tersebut dibawa sambil dipuji, dan telah lulus melewati langit dunia atau langit pertama. Namun malaikat penjaga langit kedua menahannya, seraya berkata, “Berhenti..! Pukulkan amal ini kepada pemiliknya. Sesungguhnya pemilik amal ini berkeinginan (bermaksud) untuk mendapatkan kehidupan dunia. Aku ditugaskan oleh Tuhanku, agar tidak membiarkan amal orang yang menyombongkan diri melewatiku. Pemilik amal ini menyombongkan diri kepada manusia dengan amalnya.”


Para malaikat penjaga amal naik lagi dengan membawa amal hamba. Amal tersebut gilang-gemilang dengan nur dari sedekah, solat, dan puasa, sehingga membuat takjub malaikat penjaga amal, serta selamat saat melewati langit pertama dan kedua. Tetapi malaikat penjaga langit ketiga menahannya dan berkata, “Berhenti! Pukulkan amal itu kepada muka pemiliknya. Aku adalah malaikat yang mengurus takabbur. Aku ditugaskan oleh Tuhanku supaya tidak membiarkan amal seperti ini melewatiku. Pemilik amal ini suka bersikap takabbur (sombong) kepada manusia di majlis­-majlis mereka.”


Para malaikat penjaga amal naik lagi dengan membawa amal hamba yang bercahaya seperti bintang dan menyuarakan tasbih. Ini adalah amal ibadah shalat, haji, dan umrah. Langit pertama, kedua dan ketiga pun berhasil dilaluinya, kemudian tibalah di langit keempat. Malaikat yang bertugas di langit ini berkata kepada mereka, “Berhenti! Tamparkan amal ini ke wajah, punggung, dan perut pemiliknya! Aku adalah malaikat yang bertugas mengurus ujub (riak). Allah menugaskan supaya aku tidak membiarkan amalnya melewatiku. Sesungguhnya manusia ini berbuat atau melakukan suatu amal ibadah, tetapi dimaksudkan untuk ujub’.


Para malaikat penjaga amal itu naik lagi dengan membawa amal hamba. Dan mereka pun berhasil melewati langit pertama, kedua, ketiga dan keempat. Amal itu seakan-akan pengantin puteri yang dihantar untuk diserahkan kepada suaminya. Namun malaikat penjaga langit kelima menahannya dan berkata, “Berhenti! Tamparkan amal ini di pundaknya. Aku malaikat yang bertugas mengurus dengki. Sesungguhnya pemilik amal ini dengki kepada manusia. Dan ia dengki kepada setiap orang, yang mengambil keutamaan dari ibadah. la mencaci maki mereka. Aku disuruh oleh Allah untuk tidak membiarkan amalnya melewatiku.”


Malaikat penjaga amal naik lagi dengan membawa amal hamba, yang bersinar laksana rembulan. Sinar ini bersumber dari ibadah shalat, zakat, haji, umrah, jihad dan puasa. Amal ini berhasil melewati langit pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima. Tetapi malaikat penjaga langit keenam menahannya serta berkata,”Berhenti! Tamparkan amal ini ke muka pemiliknya, sebab meskipun ia telah melakukan seluruh amalan itu, namun tak pernah mengasihi manusia atau hamba Allah yang tetimpa bala atau penyakit. Bahkan ia membuat mereka lebih parah. Akulah malaikat rahmat yang ditugaskan oleh Allah untuk tidak membiarkan amalnya melewatiku".


Para malaikat penjaga amal naik lagi dengan membawa amal hamba berupa puasa, shalat, nafkah (belanja keluarga), zakat, kesungguhan beramal dan wara` Amal itu bersuara layaknya bunyi petir dan memiliki cahaya bagaikan matahari, serta dikawal tiga ribu malaikat. Langit pertama, kedua, ketiga, kempat, kelima dan keenam, berhasil dilaluinya. Maka sampailah di langit ketujuh. Namun malaikat penjaga di langit ini menahan dan berkata, “Berhenti! Tamparkan amal ini ke muka dan seluruh anggota badan pemiliknya.Tutuplah hatinya dengan amal itu. Sesungguhnya aku akan meletakkan dinding (hijab) dari Tuhanku, untuk setiap amal yang tidak dimaksudkan untuk Allah. Pemilik amal ini memiliki tujuan di luar Allah. Dengan amalnya, ia berkeinginan memperoleh sebutan ulama, dan keagungan namanya tersiar di berbagai kota. Allah menugaskan kepadaku agar tidak membiarkan amalnya lolos melewatiku. Setiap amal yang. dilakukan dengan tidak bertujuan mencari ridha Allah (tidak ikhlas), maka termasuk riya. Allah tidak akan menerima amal orang yang riya (ingin dipuji).”


Para malaikat penjaga amal naik lagi dengan membawa amal hamba yang terdiri dari shalat, zakat, puasa, haji, umrah, kebaikan akhlak, diam dan dzikir kepada Allah. Malaikat tujuh langit semuanya ikut menghantarkan, hingga menembus hijab (dinding) demi hijab dan akhimya sampai di hadapan Allah Ta’ala. Lalu mereka (para malaikat) berdiri dihadapan-Nya dan menjadi saksi bahawa amal saleh tersebut dilakukan dengan ikhlas, demi mencari ridha Allah semata.

Kemudian Allah SWT berfirman:
Kamu adalah malaikat penjaga amal hamba-Ku: Sedang Aku adalah Arraqiib (pengintip) terhadap apa yang ada didalam hatinya. Sesungguhnya hamba-Ku tidak menghendaki Aku dengan amal ini. la menghendaki yang lain. Maka kepadanya adalah kutukan-Ku.”


Lalu para malaikat itu menjawab, "Kepadanya kutukan-Mu, dan juga kutukan kami”.
Lalu ketujuh langit dan malaikat yang berada di sana juga melaknat hamba Pemilik amal tersebut…. Begitulah.yang disabdakan Nabi SAW.


Mendengar semua itu menangislah Mu’adz. “Wahai Rasulullah, engkau Rasul Allah, sedang aku hanyalah Mu’adz. Bagaimana aku mampu selamat dari itu semua?”,tanyanya.


Rasulullah SAW bersabda, “Ikutilah aku, walau amal yang kamu bawa kurang: wahai Mu’adz, peliharalah lidahmu dari mencaci saudara-saudaramu dan penghafal AI-Qur’an. Bawalah dosamu atas dirimu sendiri, dan jangan kamu bawa kepada mereka. Janganlah membersihkan dirimu dengan jalan mencela mereka. Jangan pula engkau mengangkat dirimu atas mereka. Janganlah engkau memasukkan amal dunia dalam amal akhirat. Engkau jangan hanya beramal. Jangan pula takabur dalam majlis yang ada. Janganlah berbisik dengan orang sedang di sisimu ada orang lain. Janganlah membesarkan diri di atas manusia, sehingga kebajikan dunia akan terputus darimu. Dan janganlah engkau koyakkan daging manusia, sebab akibatnya nanti, anjing akhirat akan mengoyak-ngoyakmu di dalam neraka."

Allah ta’ala berfirman, `Dan yang menarik dengan perlahan.” (QS: An­Nazi’at:2).

Rasulullah S.A.W bersabda: Tahukah engkau siapakah yang menarik itu, hai Mu’adz.?”
Mu’adz balik bertanya, “Siapakah dia, wahai Rasulullah?.
Nabi Muhammad SAW menjawab,”Dia adalah anjing neraka, yang menarik daging dan tulang.” Mu’adz bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, siapa yang sanggup menahan perkara ini? Dan siapa pula yang boleh terlepas dari padanya?’


Rasulullah SAW menjawab,”Wahai Mu’adz, sesungguhnya mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah dari hal itu. Cukuplah yang demikian itu untuk senantiasa engkau mencintai umat manusia, dengan yang menurut engkau baik. Jauhilah mereka dengan apa yang menurut engkau jelek. Maka ketika itu (kamu lakukan) selamatlah engkau wahai Mu’adz."


Menurut sebuah riwayat, setelah mendengar langsung hadits ini Mu’adz menjadi hamba Allah yang amat gemar membaca Al Qur’an. Dia begitu takut dengan kandungan sabda Rasulullah SAW tersebut. 
 islamdaniman.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...