Selasa, 26 Jun 2012

Sabar Dengan Pasangan Hidup Yang Berperangai Buruk

 
Mudah mudahan kisah yg diutarakan ini dapat membantu meleraikan perasaan yg kusut. Sebuah kisah tentang pasangan manusia yang buruk perangainya.

Al Ashma’i berburu bersama sahabat-sahabatnya. Namun kerana terlalu asyik mengejar buruan beliau terpisah dari kelompoknya dan tersesat di tengah padang pasir yang panas. Haiwan yang beliau buru cukup lincah dan berlari menjauhi kelompoknya tetapi  Al-Asma’i terus juga mengejarnya. Akibatnya Al-Asma’i pun kehilangan jejak haiwan buruannya, dan yang paling bahaya adalah beliau semakin terpisah dari sahabat-sahabatnya.
 
 
 
 
 
 
 
Saat terik matahari semakin membahang, mulailah beliau rasa dahaga. Tiba-tiba di kejauhan Al-Asma’i melihat sebuah khemah, terasing dan sendirian. Al-Ashma’i pun memacu kuda tunggangannya ke arah khemah tersebut dan kemudian bertemu penghuni khemah yang merupakan wanita muda dan jelita. Al-Ashma’i kemudian meminta air kepada wanita muda tersebut. Wanita itu berkata, “Ada air sedikit, tetapi aku persiapkan hanya untuk suamiku. Yang ada, hanya sisa dari minumanku. Kalau engkau mahu, ambillah.”

Baru saja Al-Ashma’i mengambil air pemberian wanita itu, tiba-tiba riak wajah wanita itu tampak berubah. Di arah tatapannya terlihat kepulan debu dari kejauhan.

“Suamiku pulang,” kata wanita itu.

Wanita itu kemudian berlari kembali ke dalam khemah dan Al-Ashma’i melihat si wanita muda itu menyiapkan air minum dan kain pembersih. Ternyata yang disebut suami oleh si wanita muda itu adalah seorang lelaki tua berwajah buruk dan menakutkan. Dan tidak hanya itu, melihat isterinya memberikan minum kepada Al-Ashma’i, ia pun tidak henti-hentinya memarahi isterinya dengan kata-kata yang kesat.

Al-Ashma’i berusaha menenangkan lelaki tua itu, namun lelaki itu tidak mememperdulikan, dan melangkah masuk ke dalam khemah untuk segera berehat karena lelah berkuda.

Sejak lelaki tua itu sampai dan mengomel panjang lebar dengan kata-kata kesat, siistri yang muda dan cantik itu sama sekali tidak menjawabnya. Tidak satu pun perkataan keluar dari mulut perempuan itu. Malah wanita tersebut membersihkan kaki suaminya, tetap menyerahkan minuman dengan khidmat, dan menuntunnnya dengan mesra masuk ke kemah.

Setelah lelaki tua itu benar-benar tertidur karena lelah, Al-Ashma’i pun berundur diri untuk kembali mencari jalan pulang. Dan sebelum pergi, Al-Ashma’i bertanya, “Engkau muda, cantik, dan setia. Jarang sekali aku menemui wanita seperti dirimu. Mengapa engkau korbankan dirimu untuk melayani lelaki tua yang berakhlak buruk.”

Dan wanita itu pun menjawab, namun jawabannya itu sama sekali tidak pernah diduga dan sungguh mengejutkan Al-Ashma’i. “Rasulullah bersabda, Agama itu terdiri dari dua bagian, syukur dan sabar. Karenanya aku bersyukur karena Allah SWT telah menganugerahkan kepadaku kemudaan, kecantikan, dan perlindungan. Allah SWT telah membimbingku untuk selalu ingat itu. Aku telah melaksanakan setengah agamaku. Karena itu, aku ingin melengkapi agamaku dengan setengahnya lagi, yakni bersabar.”

Al-Ashma’i pun pergi dan sepanjang jalan pulang ia pun terus teringat kata-kata wanita muda tersebut. Al-Ashma’i sedar bahawa kasih sayang Allah SWT tidak pernah akan hilang, walau tempatnya berada di tengah padang pasir, dengan kemah kumuh dan seorang suami yang buruk perangainya.

Allah Akan Memberikan Surganya Melalui Kesabaran

Seperti yang terungkap dalam kisah di atas, sesungguhnya cerita demikian telah sering terjadi dalam setiap zaman, hanya mungkin terbungkus dengan kemasan cerita yang beraneka ragam. Seorang istri yang mengeluh karena tabiat suaminya, atau suami yang mengeluh karena perangai buruk istrinya telah menjadi cerita yang mafhum.

Namun di balik itu semua, yang perlu disedari adalah, sekiranya setiap suami atau isteri menyedari dan bertanggung jawab melaksanakan tugasnya sebagai suami atau isteri dengan baik dan sesuai hukum Islam, maka sesungguhnya tabiat-tabiat buruk boleh dikurangkan atau hilang sama sekali.
Rumah tangga adalah rahmat, dan bagi siapa yang menyedarinya maka pasti ia akan melakukan hal yang paling baik untuk menjalaninya.
Jangan berkecil hati, jika memang suami atau istri kita bukanlah orang yang baik perangainya, jangan pula menghukum mereka dengan pukulan atau amarah yang besar, karena yang berhak menghukum tabiat manusia adalah Allah SWT. Jangan bersedih jika suami atau istri kita adalah orang yang kurang memperhatikan kita dengan baik. Sesungguhnya jika kita bersabar, setengah dari surga Allah SWT telah menunggu. Apakah ada hadiah paling indah selain surga dari Allah SWT karena kesabaran kita meraih qadha dan qadar-Nya?   

Pasti kita setuju, tidak ada hadiah yang paling baik selain itu.
Wallahu a’lam.
 alambukansemulajadi.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...