Rabu, 5 Ogos 2015

Sakit Itu Nikmat


“Tidaklah orang Muslim ditimpa cubaan berupa penyakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan keburukannya, sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Terubat hati dan jasad yang sedang meronta pilu kesakitan ini dipujuk hadis ini. Digagah juga untuk terus bangun menyempurnakan misi perjuangan hidup yang berliku-liku. Perjuangan mesti diteruskan!

Untuk kesekian kalinya ana diuji lagi dengan ujian dari Nya. Puas sudah berjumpa doktor, namu tiap kali diajukan soalan yang sama, jawapannya masih terus membuat ana tersenyum sinis. Membuatkan ana berfikir sejenak, apakah para doktor hanya tahu menghafal ubat tanpa punya rasa ingin tahu akan sebab dan punca terjadinya penyakit itu. Pesanan untuk para bakal doktor sekalian, elakkan daripada bertanya pesakit anda apakah masalah yang dihadapi mereka kerana soalan itu sepatutnya mereka tujukan kepada kalian! dan kini mungkin ana pengumpul ubat paling berjaya di institut ini..



Semua orang pernah sakit. Rasulullah S.A.W sendiri pernah mengalami sakit. Namun begitu Nabi tetap sabar dan tabah. Beliau mengatakan kepada Ibnu Mas’ud, bahawa penyakit yang datang ke dalam tubuh seorang Muslim itu dapat menggugurkan dosa sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.

Dalam waktu lain, Rasulullah menjenguk Salman al-Farisi yang sedang berbaring sakit. Rasulullah bersabda. “Sesungguhnya ada tiga pahala yang menjadi kepunyaanmu dikala sakit. Engkau sedang mendapat peringatan dari Allah Subhanahu Wa Taala, doamu dikabulkan-Nya, dan penyakit yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosamu.”
 
Rasulullah pun melarang untuk mencela penyakit. Ketika Ummu Saib sakit dan mencela penyakit yang menimpanya, Nabi bersabda.
“Janganlah kamu mencela demam. Kerana sesungguhnya demam itu menghakis kesalahan anak cucu Adam sebagaimana bara api mengikis keburukan besi.” (HR. Muslim)
Hikmah Sakit

Dalam sebuah buku yang berjudul Yasalunaka fi al-Dinwa al-Hayat dan dikutip dalam Tabloid Syiar, Dr. Ahmad al-Syurbasi menulis ada lima hikmah dari sakit yang dialami manusia.

Pertama, sakit merupakan kesempatan untuk beristirahat. Kecenderungan manusia saat sihat adalah memperlakukan tubuhnya laksana robot. Ia terus bekerja demi mengejar kenikmatan dan kesenangan materi tanpa henti dan tanpa memperhatikan kesehatan diri sendiri. Ia tidak menyedari bahwa otot-otot yang ada dalam tubuhnya memiliki keterbatasan.

Maka ketika seseorang sakit, ia memperoleh kesempatan untuk beristirahat, sambil melakukan introspeksi dan berpikir untuk memperbaiki pola hidupnya setelah ia sembuh nanti.

Kedua, sakit merupakan pendidikan. Ketika seseorang sakit parah, ia akan memahami betapa mahalnya nilai kesihatan. Ia pun rela mengeluarkan segala yang ia miliki demi kesembuhan penyakitnya.

Ketika seseorang sakit, ia akan merasakan betapa nikmatnya selalu ditemani, dilayani, disediakan makanan, dan yang paling nikmat dihibur. Maka, setelah sembuh nanti, ia akan tahu apa yang harus ia lakukan ketika orang lain yang sakit.

Ketiga, sakit merupakan teguran atas kesombongan manusia. Ketika sihat, manusia terkadang bertingkah seolah-olah dialah yang paling gagah, paling berkuasa dan paling berpengaruh. Tapi ketika sakit menderanya, segagah apapun menusia, sebesar apapun manusia dan sebesar apapun pengaruhnya, ia tidak dapat beranjak dari tempat tidurnya. Ketika itu, ia tidak lebih dari seonggok tulang dan darah yang dibungkus kulit.

Keempat, sakit merupakan kesempatan untuk bertaubat dan menghapus dosa. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh yang soleh, orang sejahat apapun ketika sakit parah tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya tidak ringan lagi. Mulutnya tak mampu mencacimaki lagi. Yang ada hanyalah penyesalan dan penyeselan.
Di samping itu, sakit yang diderita manusia merupakan kesempatan untuk memohon ampun atas dosa-dosanya. Dalam hadits diterangkan. “Tidaklah seorang muslim tertimpa keletihan, sakit, kebingungan, kesedihan dan keruwetan hidup, atau bahkan tertusuk duri, kecuali Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Muttafaq Alaih).

Kelima, sakit merupakan kesempatan untuk memperbaiki hubungan keluarga dan sosial. Ketika seseorang sakit, kerabat dekat akan semakin dekat, kerabat jauh akan menjadi dekat dan yang kenal akan semakin akrab. Ketika seorang anak sakit, orang tua akan semakin sayang dan perhatian terhadap anaknya. Sebaliknya, ketika orang tua sakit, sang anak akan semakin sayang dan hormat kepada orang tuanya.
Maha Suci Allah yang maha mengetahui. Sesungguhnya setiap yang terjadi itu punya sebab dan hikmah yang tersendiri. Allah sedang mendidik hambaNya dengan melimpahkan ‘sakit’. Mendidik hambaNya supaya tidak lalai dalam mentaati Nya. Ampunkan kami Ya Allah kerana kufur nikmat yang Engkau berikan…
Ampunkan kami Ya Allah…
 https://mujahidareryl.wordpress.com/

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...