Masjid Agung di Djenné, Mali bukan
sahaja bangunan lumpur terbesar di dunia , tetapi juga sebuah model
arkitektur mesra alam yang berterusan. Meskipun pada saat masjid ini
dibina semasa pemerintah kolonial Prancis pada tahun 1906, namun
ciri-ciri gaya Afrika diterapkan pada bangunan masjid tersebut. Bahkan,
masjid ini dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu contoh gaya arkitektur terbaik
yang ditemui di daerah Sahel yang sangat kering dan daerah Sudan di
selatan Sahara, dimana pengaruh Islam sangat kuat. Contoh lain termasuk
Masjid Agadez di Niger dan Masjid Larabanga di Ghana.
Fakta-Fakta Menarik Tentang Masjid Djenné
- Masjid Djenné ini dianggarkan dibina antara tahun 1200 dan 1330. Hanaya diketahui umum pada tahun 828 ketika pengembara dari Perancis René Caillié melihatnya
- Pada tahun 1988 Masjid Djenné ini telah diwartakan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO
- Masjid Djenné ini dibina dari bata lumpur yang dicampur dengan bahan yang terdiri dari pasir, tanah liat, air dan bahan, pengikat organik seperti jerami, kayu atau bahkan baja, struktur yang dihasilkan dikenal sangat tahan lama dan kokoh.
- Terdapat 3 menara besar pada Masjid Djenné ini, dan setiap satunya terdapat sebiji telur unta diatasnya.
- Jika diamati betul-betul reka bentuk Masjid Djenné ini hampir mirip Istana Westminster di Uk.
- fakta2menarik
Tiada ulasan:
Catat Ulasan