Perempuan punya hak yang sama dalam menentukan nasibnya. Bahkan, dalam Alquran disebutkan, kemuliaan seorang anak manusia bukan karena kecantikan, jenis kelamin, maupun suku bangsanya, melainkan karena takwanya kepada Allah. (QS Al-Hujurat [49]: 13).
Islam menempatkan perempuan sebagai mitra laki-laki dalam meraih ketakwaan. Tidak akan ada kehebatan seorang jenderal, intelektual, menteri, pejabat pemerintah, atau presiden sekalipun, tanpa keterlibatan seorang perempuan. Sebab, peran serta perempuan pula yang membawa dia menjadi anak yang sehat, cerdas, dan terampil.
Prinsip Islam yang demikian inilah, yang akhirnya membawa Camilla Leyland, seorang guru Yoga untuk memilih dan memeluk agama Islam.
“Saya tahu, orang pasti akan terkejut mendengar kata feminisme dan Islam. Namun jangan salah, dalam Alquran, perempuan mempunyai kedudukan setara dengan laki-laki,” ujarnya. “Dan ketika agama ini dilahirkan, perempuan adalah warga kelas dua dalam masyarakat misoginis.”
Perempuan kelahiran Southampton, Inggris, ini menambahkan, banyak orang yang salah dalam mendudukkan antara budaya dan agama.
"Di negara Islam, kebebasan perempuan dikungkung mungkin ada benarnya. Namun, jangan salah juga, ketika saya tumbuh, saya juga merasa tertekan dalam kultur masyarakat Barat yang begini,'' ungkapnya.
Tekanan yang ia maksud adalah tuntutan sosial agar perempuan berlaku sama dengan pria, dengan minum-minuman keras dan melakukan seks bebas. Dalam pandangannya, semua tuntutan sosial tersebut tidak memiliki arti apa pun.
Sebaliknya, ia mengagumi nilai-nilai yang diajarkan Islam mengenai hubungan antara perempuan dan laki-laki. "Dalam Islam, ketika Anda mulai menjalin hubungan, maka artinya adalah sebuah komitmen yang intens," ujarnya.
Beda dengan pandangan Barat soal perlakuan Islam atas perempuan, ia justru tertarik untuk mempelajari Islam karena alasan ini. Menurutnya, tak seperti pandangan banyak orang di negara-negara Barat, Islam justru memosisikan kaum perempuan setara dengan laki-laki dalam fungsi dan tugas masing-masing.
Camilla adalah seorang guru Yoga yang sangat terkenal di Kota Southampton. Ia mendirikan pusat pelatihan yoga dengan nama Camilla Yoga. Bahkan, bagi warga Cornwall, Inggris, nama Camilla sudah tak asing lagi. Ibu seorang putri bernama Inaya ini rutin mengajarkan yoga kepada peserta didiknya.
Camilla tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan kelas menengah Inggris. Ayahnya adalah direktur Southampton Institute of Education dan ibunya seorang dosen ekonomi.
Camilla pertama kali bersinggungan dengan Islam saat duduk di bangku sekolah menengah. Dahaganya akan pengetahuan keislaman agak terpuaskan setelah ia masuk bangku universitas.
Karena ketertarikannya terhadap Islamlah, Camilla kemudian mengambil gelar master di bidang studi Timur Tengah.
Ia masuk Islam sejak berusia 20 tahun. Ia berharap bisa memadukan antara Islam dan yoga. Serta bisa menghargai setiap perbedaan dan memberikan nilai-nilai luhur hubungan antarsesama manusia. Juga, menghargai orang tua dan perempuan, sebagaimana ajaran Islam.
Hidayah Melalui Terjemahan Alquran
Banyak cara Allah memberikan kepada hamba yang dikehendakinya untuk menerima kebenaran Islam. Ada yang karena membandingkan kitab suci Alquran dengan lainnya, persoalan perempuan, hak asasi, bahkan melalui bacaan Alquran.
Demikian juga dengan Camilla Leyland. Selain karena perhargaan Islam atas perempuan, pencerahan agama mulia ini ia dapatkan dengan mempelajari Alquran, kendati melalui terjemahannya.
Hidayah dan pencerahan itu ia rasakan saat tinggal dan bekerja di Suriah. Ia semakin tertarik pada Islam setelah membaca terjemahan Alquran. Berawal dari sinilah ia mulai menyadari bahwa Islamlah yang dicarinya selama ini. "Saya pun bertekad untuk menjadi mualaf,'' ungkapnya.
Keputusannya untuk memeluk Islam, diakui Camilla, membuat teman-teman dan keluarganya heran.
''Orang-orang akan sulit percaya bahwa seorang perempuan yang berpendidikan tinggi, berasal dari kelas menengah, dan berkulit putih pula, memilih untuk menjadi Muslim,'' katanya, menirukan komentar ayahnya saat itu.
Kendati orang-orang di sekelilingnya memandang heran terhadap keputusannya ini, namun Camilla mantap menjadi Muslimah.
Ia bahkan sempat mengenakan jilbab, meski kini dia memilih tampil tanpa jilbab. Namun, ia mengaku tak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslimah untuk menunaikan shalat lima waktu.
Ia bercerita, makin kuat tekadnya memegang teguh agamanya saat menghadiri pesta ulang tahun temannya di sebuah bar, saat itu ia tampil dengan jilbabnya.
''Saya berjalan, dengan jilbab dan pakaian rapat, melihat semua mata menatap saya dan beberapa tamu yang mabuk mengucapkan kata-kata tak senonoh atau menari di hadapan saya secara provokatif," tuturnya.
"Untuk pertama kalinya saya menyaksikan masa lalu saya dengan sebelah mata dan saya tahu, saya tak akan pernah ingin kembali pada kehidupan semacam itu.''
Camilla juga merasa bersyukur menemukan Islam. Dengan keislaman yang disandangnya kini, ia merasa telah menjadi orang yang merdeka.
"Saya bersyukur menemukan jalan keluar bagi diri saya sendiri. Saya bahagia shalat lima kali sehari dan mengikuti pengajian di masjid. Saya tidak lagi menjadi budak masyarakat yang rusak," tegasnya.
sumber: ROL (mualaf)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan