Dakwah,
inilah jalan yang coba kita ikuti, jalan yang telah ditempuh para Rasul
dan Nabi, jalan yang mengajak kepada kebaikan serta meninggalkan
keburukan, jalan yang mengajak penghambaan hanya kepada Allah SWT dan
bukan menghamba kepada makhluk. Jalan yang niscaya tersedia berbagai
onak dan duri serta terdapat berbagai hambatan dan tantangan, jalan yang
tidak menjanjikan jalan yang lurus, mulus dan datar, namun jalan yang
kadang bergelombang, tidak rata, penuh tanjakan tajam dan belokan. Ya,
banyak goncangan dalam jalan ini. Di jalan ini kita menemukan istilah
pembina (Murabbi) dan binaan (Mutarabbi), dan dari istilah inilah sebuah kisah nyata itu dimulai, kisah untuk kita ambil hikmah dan kita pelajari, Insya Allah…
Ada seorang yang sedang mencoba membina (mengajak dalam kebaikan : mengaji) kepada beberapa teman, dalam sebuah lingkaran
setiap seminggu sekali di masjid, diawali dengan mengaji dan diikuti
dengan tausiyah agama, sekitar 1 jam-an… Penuh perjuangan dan
pengorbanan, (kalau boleh mengistilahkan mungkin beberapa kali kecewa
dan sedih), seperti :
- Mengatur hari mengaji, binaan tersebut seakan penuh dengan kegiatan, seperti bekerja, acara keluarga dan pribadi, dll. Padahal pembina sudah menyediakan waktu mengikuti waktu binaan, kapanpun untuk mengaji. Mungkin menurut binaan tersebut bahwa pembina punya banyak waktu luang, tidak banyak kegiatan. Padahal pembina pastinya jauh lebih sibuk dibanding binaan…
- Kehadiran, setelah ada hari yang disepakati untuk mengaji, tingkat kehadiran binaan yang sering menyertakan alasan, entah karena pulang kerja awal, ada tambahan jam kerja, ada acara keluarga, acara pribadi, dll yang membuat binaan tidak hadir. Bagaimana dengan pembina yang sudah hadir untuk mengisi mengaji?
- Suatu hari, sang pembina sudah menyiapan segalanya, materi, bekal, dll untuk mengisi, dia siapkan waktu di tengah kesibukannya, di tengah cuaca yang kurang mendukung (hujan deras) tetapi tidak ada satupun binaan yang hadir pada hari yang sudah disepakati tersebut. Di masjid tersebut dia termenung sendiri, merenungkan inilah jalan dakwah itu… Bahkan Rasulullah dulu mengalami jauh lebih dahsyat : hinaan, siksaan, ancaman pembunuhan, dll. Subhanallah…
Kisah di atas bisa saja pernah atau suatu saat akan kita alami. Mari
kita merenung dan introspeksi diri. Apakah kita ketika menjadi binaan
juga seperti kisah di atas? Menjadi orang yang sangat sibuk, sulit
mencari hari untuk mengaji. Menjadi orang yang penuh kegiatan sehingga
sering tidak hadir mengaji, dan selalu ada alasan untuk tidak hadir.
Padahal sebenarnya kita yang lebih membutuhkan untuk mengaji, kita yang
butuh untuk dibina. Atau ketika kita menjadi pembina pernahkan mengalami
hal di atas? Sering? Semoga kesabaran dan keistiqomahan senantiasa
menyertai karena pertemuan, perjumpaan termasuk kehadiran binaan untuk
mengaji bahkan perpisahan terjadi atas kehendak Allah, tidak ada yang
perlu disesalkan atas kehendakNya.
Maka melalui tulisan ini, semoga kembali menyadarkan kita untuk
menjadi binaan yang taat dan patuh, binaan yang siap waktu untuk dibina
dalam kebaikan dan dibina dalam meninggalkan keburukan, binaan yang
istiqomah dalam berbagai kondisi, serta binaan yang rajin hadir untuk
mengaji sebagai bekal kembali. Semoga juga kembali menyadarkan kepada
para pembina bahwa kita adalah dai, apapun yang terjadi. Bahwa kita
adalah penggiat kebaikan, tidak pernah lelah dan lesu dalam menyeru
kebaikan. Bahwa surga adalah kesenangan yang sesungguhnya,dan negeri
akhirat jauh lebih baik dan kekal dibanding dunia yang fana. Dan bahwa
sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain, maka
teruslah sebarkan nilai-nilai kemanfaatan, siapapun penerimanya dan
kapanpun waktunya. Wallahua’lam.
Ramadhan 1434 H
Di saat, sedih dan kecewa menggoda, dan saat itu berdoa : Ya Rabb, kuatkan, sabarkanlah
http://www.eramuslim.com/
Tiada ulasan:
Catat Ulasan