”Saya
menemukan kepuasan luar biasa dan kedamaian setiap kali saya datang dan
beribadah di masjid,” ujar Michiko, sebut saja begitu, seorang Muslimah Jepun . Sebelumnya ia adalah penganut Buddha namun menjalankan ritual Kristen dalam kesehariannya.
Alquran adalah penariknya untuk berislam.
Setelah melalui proses pencarian panjang, ia menemukan apa yang ia baca
dalam Kitab Suci itu memiliki efek menenangkan bagi jiwanya. Di sebuah
masjid, bersama tiga wanita lainnya, ia duduk dengan penuh khidmat
mendengarkan alunan ayat suci yang dibawakan seorang imigran asal Turki.
Menggunakan scarf menutup rapi kepalanya, ketiganya meresapi ayat demi
ayat yang dibacakan.
Umumnya, mereka menyatakan ketertarikannya kepada Islam karena pesan damai yang diusung Islam.
Teguh memegang tradisi
Komunitas Jepang modern saat ini lebih
berorientasi pada pekerjaan dan sangat materialistis. Konsep keluarga
tradisional Jepang semakin lemah di tengah dunia modern yang mengacu
pada faktor sosial dan ekonomik. Modernitas, ketertarikan akan mode ala
Barat, gaya hidup, dan sederet pemicu lainnya di samping alasan ekonomi
telah menjadi lokomotif utama perubahan nilai sosial dan budaya
masyarakat Jepang.
Bukan hanya gaya hidup, kepercayaan
mereka terhadap agama pun berkurang drastis. Dari emeluk Shinto atau
Budha yang taat, kini hanya sedikit dari mereka yang melakukan ritual
keagamaan. Bahkan satu survei resmi menyatakan, hanya ada satu dari
empat orang Jepang yang percaya terhadap agama.
Terlepas dari ketidakpercayaan terhadap
agama, masyarakat Jepang masih mempertahankan agama dan ritualnya
sebagai tradisi ribuan tahun. Karenanya, tak heran kalau mereka memiliki
pola hubungan yang unik dengan agama mereka. Hal-hal yang berkaitan
dengan agama hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti kelahiran,
pernikahan, dan kematian. Di luar itu, pada umumnya orang Jepang tidak
terlalu religius. Ritual yang mereka lakukan di kuil-kuil hanya
dilakukan sebagai formalitas dan upaya untuk mencari kedamaian saja.
Kehadiran Islam dan apa yang diajarkannya
memberikan pencerahan baru bagi mereka yang merasakan beban hidup
sedemikian beratnya. Sayangnya, masih ada pemikiran salah tentang Islam
yang berkembang di kalangan orang Jepang. Mereka menganggap bahwa Islam
adalah agama aneh yang hidup di negara yang belum berkembang.
Pemikiran ini muncul seiring dengan arus
Westernisasi yang mengusung agama Kristen. Hal ini semakin diperparah
dengan banyaknya penyebaran informasi yang salah kaprah, misalnya
beberapa tahun lalu salah seorang penulis terkenal di Jepang meneybut
Islam tak beda dengan kepercayaan penyembah matahari.
Namun, meski masih banyak kesalahpahaman
tentang Islam, seiring waktu perkembangan informasi dan pertambahan
jumlah pemeluk Islam terus meningkat. Banyak orang Jepang percaya bahwa
Islam akan lebih diterima lagi di Jepang. Meski belum ada angka pasti,
namun diperkirakan Islam akan berkembang di negeri sakura ini. Hal ini
terutama mengacu kepada banyaknya perkawinan campur antara muslim dan
non muslim asal Jepang.
Selain itu ada juga penambahan angka
cukup signifikan lewat banyaknya mahasiswa Jepang yang memilih belajar
di universitas di negara-negara Arab. Banyak juga siswa di universitas
di Jepang yang membentuk komunitas diskusi formal skala kecil untuk
membicarakan soal agama. Ini sangat berguna terutama mengingat masih
sedikitnya komunitas muslim yang bergerak untuk memfasilitasi dan
memberikan pemahaman lebih baik tentang kepercayaan Islam.
Selain itu ada juga komunitas pendatang
Muslim yang memberikan kontribusi besar dalam memelihara solidaritas di
kalangan muslim Jepang. Pusat pengembangan Islam di Jepang juga
merupakan salah satu fasilitator terbaik bagi komunitas Muslim. Melalui
dialog, seminar dan konferensi, tempat ini membantu para Muslim
mempromosikan pemahaman akan Islam yang lebih baik lagi di Jepang. Semua
pendekatan ini diharapkan bisa memberikan pengaruh bagi kehidupan
beragama masyarakat Jepang beberapa waktu ke depan.
Islamic Boom di Jepun
Persentuhan Islam dengan masyarakat
Jepang bisa dikatakan relatif baru. Perkenalan masyarakat Jepang dengan
Islam diperkirakan baru dimulai pada akhir abad ke-19. Pengetahuan
pertama tentang Islam dan penganutnya di kalangan masyarakat Jepang
dimulai lewat adanya terjemahan tentang aktivitas nabi Muhammad SAW ke
dalam bahasa Jepang. Hubungan lebih lanjut terjalin ketika pemerintah
Jepang menjalin aliansi perdagangan bersama pemerintah Turki. Lewat
asosiasi ini, terjalin lebih erat kontak antara dua peradaban.
Mengacu kepada sejarah Jepang, Muslim
Jepang pertama yang diketahui bernama Mitsutaro Takaoka, yang memeluk
Islam pada tahun 1909. Usai melakukan ibadah haji, Takaoka mengganti
namanya menjadi Omar Yamaoka. Selain Yamaoka, Muslim pertama Jepang
lainnya adalah Bumpachiro Ariga. Lewat perjalanan dagangnya ke India,
dan pertemuannya dengan komunitas Muslim di sana, ia pun menjadi seorang
Muslim dan mengganti namanya menjadi Ahmad Ariga.
Beberapa waktu kemudian, penyebaran Islam
dan perkembangannya di Jepang pertama kali terwujud melalui komunitas
Muslim Asia Tengah. Saat itu perang dunia pertama baru saja pecah, dan
banyak pendatang muslim dari Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan,
Kurgystan, dan Kazakhstan yang menjadi pengungsi di Jepang.
Hanya beberapa saat setelah kedatangan
mereka, banyak orang Jepang yang memeluk agama Islam. Mereka tertarik
menjadi seorang Muslim setelah setelah mereka melihat betapa mengesankan
dan menariknya sikap yang ditampakkan oleh muslim dari negara-negara
pecahan Soviet ini. Komunitas ini pulalah yang mendirikan masjid pertama
di Jepang yaitu di Kobe pada tahun 1935.
Menyusul periode perang dunia kedua,
banyak hal yang dilakukan komunitas ini untuk menginformasikan tentang
Islam dan komunitas muslim kepada orang Jepang, utamanya mereka yang
bekerja sebagai tentara. Inilah periode boomingnya Islam pertama kali di
Jepang. Selama periode ini, Islam berkembang pesat melalui organisasi
dan penelitian-penelitian. Disebutkan, selama periode ini tak kurang
dari 100 buku dan jurnal tentang Islam diterbitkan. Namun usai perang
dunia kedua, usai pulalah penyebaran Islam di negara ini.
Booming kedua Islam di Jepang kembali
terjadi di tahun 1973 seiring terjadinya oil shock atau meroketnya harga
minyak dunia. Negara-negara Arab selaku penghasil minyak dunia telah
menarik minat perekonomian Jepang. Disinilah mulai lagi persentuhan
antara peradaban Jepang dengan Islam yang menjadi agama mayoritas di
negara-negara Arab.(/RioL )
kisahmuallaf
Tiada ulasan:
Catat Ulasan