Rabu, 5 Mac 2014

Islam, Cahaya Baru di Negara Matahari Terbit

muslim-jepang   
”Saya menemukan kepuasan luar biasa dan kedamaian setiap kali saya datang dan beribadah di masjid,” ujar Michiko, sebut saja begitu, seorang Muslimah Jepun  . Sebelumnya ia adalah penganut Buddha namun menjalankan ritual Kristen dalam kesehariannya.

Alquran adalah penariknya untuk berislam. Setelah melalui proses pencarian panjang, ia menemukan apa yang ia baca dalam Kitab Suci itu memiliki efek menenangkan bagi jiwanya. Di sebuah masjid, bersama tiga wanita lainnya, ia duduk dengan penuh khidmat mendengarkan alunan ayat suci yang dibawakan seorang imigran asal Turki. Menggunakan scarf menutup rapi kepalanya, ketiganya meresapi ayat demi ayat yang dibacakan.
 


Umumnya, mereka menyatakan ketertarikannya kepada Islam karena pesan damai yang diusung Islam.

Berbeda dengan penggambaran yang salah ini dilekatkan atas Islam, seperti cinta kekerasan dan mengajarkan terorisme, wanita Jepang ini justru menyebut Islam sebagai pembawa kedamaian. Michiko bahkan menggambarkan pesan kedamaian dalam Islam hampir dekat dengan pesan kedamaian yang dibawa agama Buddha yang diikuti oleh hampir 80 persen orang Jepang.

Teguh memegang tradisi

Komunitas Jepang modern saat ini lebih berorientasi pada pekerjaan dan sangat materialistis. Konsep keluarga tradisional Jepang semakin lemah di tengah dunia modern yang mengacu pada faktor sosial dan ekonomik. Modernitas, ketertarikan akan mode ala Barat, gaya hidup, dan sederet pemicu lainnya di samping alasan ekonomi telah menjadi lokomotif utama perubahan nilai sosial dan budaya masyarakat Jepang.

Bukan hanya gaya hidup, kepercayaan mereka terhadap agama pun berkurang drastis. Dari emeluk Shinto atau Budha yang taat, kini hanya sedikit dari mereka yang melakukan ritual keagamaan. Bahkan satu survei resmi menyatakan, hanya ada satu dari empat orang Jepang yang percaya terhadap agama.

Terlepas dari ketidakpercayaan terhadap agama, masyarakat Jepang masih mempertahankan agama dan ritualnya sebagai tradisi ribuan tahun. Karenanya, tak heran kalau mereka memiliki pola hubungan yang unik dengan agama mereka. Hal-hal yang berkaitan dengan agama hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Di luar itu, pada umumnya orang Jepang tidak terlalu religius. Ritual yang mereka lakukan di kuil-kuil hanya dilakukan sebagai formalitas dan upaya untuk mencari kedamaian saja.

Kehadiran Islam dan apa yang diajarkannya memberikan pencerahan baru bagi mereka yang merasakan beban hidup sedemikian beratnya. Sayangnya, masih ada pemikiran salah tentang Islam yang berkembang di kalangan orang Jepang. Mereka menganggap bahwa Islam adalah agama aneh yang hidup di negara yang belum berkembang.

Pemikiran ini muncul seiring dengan arus Westernisasi yang mengusung agama Kristen. Hal ini semakin diperparah dengan banyaknya penyebaran informasi yang salah kaprah, misalnya beberapa tahun lalu salah seorang penulis terkenal di Jepang meneybut Islam tak beda dengan kepercayaan penyembah matahari.

Namun, meski masih banyak kesalahpahaman tentang Islam, seiring waktu perkembangan informasi dan pertambahan jumlah pemeluk Islam terus meningkat. Banyak orang Jepang percaya bahwa Islam akan lebih diterima lagi di Jepang. Meski belum ada angka pasti, namun diperkirakan Islam akan berkembang di negeri sakura ini. Hal ini terutama mengacu kepada banyaknya perkawinan campur antara muslim dan non muslim asal Jepang.

Selain itu ada juga penambahan angka cukup signifikan lewat banyaknya mahasiswa Jepang yang memilih belajar di universitas di negara-negara Arab. Banyak juga siswa di universitas di Jepang yang membentuk komunitas diskusi formal skala kecil untuk membicarakan soal agama. Ini sangat berguna terutama mengingat masih sedikitnya komunitas muslim yang bergerak untuk memfasilitasi dan memberikan pemahaman lebih baik tentang kepercayaan Islam.

Selain itu ada juga komunitas pendatang Muslim yang memberikan kontribusi besar dalam memelihara solidaritas di kalangan muslim Jepang. Pusat pengembangan Islam di Jepang juga merupakan salah satu fasilitator terbaik bagi komunitas Muslim. Melalui dialog, seminar dan konferensi, tempat ini membantu para Muslim mempromosikan pemahaman akan Islam yang lebih baik lagi di Jepang. Semua pendekatan ini diharapkan bisa memberikan pengaruh bagi kehidupan beragama masyarakat Jepang beberapa waktu ke depan.

Islamic Boom di Jepun

Persentuhan Islam dengan masyarakat Jepang bisa dikatakan relatif baru. Perkenalan masyarakat Jepang dengan Islam diperkirakan baru dimulai pada akhir abad ke-19. Pengetahuan pertama tentang Islam dan penganutnya di kalangan masyarakat Jepang dimulai lewat adanya terjemahan tentang aktivitas nabi Muhammad SAW ke dalam bahasa Jepang. Hubungan lebih lanjut terjalin ketika pemerintah Jepang menjalin aliansi perdagangan bersama pemerintah Turki. Lewat asosiasi ini, terjalin lebih erat kontak antara dua peradaban.

Mengacu kepada sejarah Jepang, Muslim Jepang pertama yang diketahui bernama Mitsutaro Takaoka, yang memeluk Islam pada tahun 1909. Usai melakukan ibadah haji, Takaoka mengganti namanya menjadi Omar Yamaoka. Selain Yamaoka, Muslim pertama Jepang lainnya adalah Bumpachiro Ariga. Lewat perjalanan dagangnya ke India, dan pertemuannya dengan komunitas Muslim di sana, ia pun menjadi seorang Muslim dan mengganti namanya menjadi Ahmad Ariga.

Beberapa waktu kemudian, penyebaran Islam dan perkembangannya di Jepang pertama kali terwujud melalui komunitas Muslim Asia Tengah. Saat itu perang dunia pertama baru saja pecah, dan banyak pendatang muslim dari Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan, Kurgystan, dan Kazakhstan yang menjadi pengungsi di Jepang.

Hanya beberapa saat setelah kedatangan mereka, banyak orang Jepang yang memeluk agama Islam. Mereka tertarik menjadi seorang Muslim setelah setelah mereka melihat betapa mengesankan dan menariknya sikap yang ditampakkan oleh muslim dari negara-negara pecahan Soviet ini. Komunitas ini pulalah yang mendirikan masjid pertama di Jepang yaitu di Kobe pada tahun 1935.

Menyusul periode perang dunia kedua, banyak hal yang dilakukan komunitas ini untuk menginformasikan tentang Islam dan komunitas muslim kepada orang Jepang, utamanya mereka yang bekerja sebagai tentara. Inilah periode boomingnya Islam pertama kali di Jepang. Selama periode ini, Islam berkembang pesat melalui organisasi dan penelitian-penelitian. Disebutkan, selama periode ini tak kurang dari 100 buku dan jurnal tentang Islam diterbitkan. Namun usai perang dunia kedua, usai pulalah penyebaran Islam di negara ini.

Booming kedua Islam di Jepang kembali terjadi di tahun 1973 seiring terjadinya oil shock atau meroketnya harga minyak dunia. Negara-negara Arab selaku penghasil minyak dunia telah menarik minat perekonomian Jepang. Disinilah mulai lagi persentuhan antara peradaban Jepang dengan Islam yang menjadi agama mayoritas di negara-negara Arab.(/RioL )
 kisahmuallaf

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...