Khamis, 4 Julai 2013

Keutamaan Berjabat Tangan Ketika Bertemu


Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.“[1]

Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan berjabat tangan ketika bertemu, dan ini merupakan perkara yang dianjurkan berdasarkan kesepakatan para ulama[2],bahkan ini merupakan sunnah yang muakkad (sangat ditekankan)[3].

Faedah-Faedah Penting yang Terkandung Dalam Hadits:
 
 

1. Erti mushaafahah (berjabat tangan) dalam hadits ini adalah berjabat tangan dengan satu tangan, iaitu tangan kanan, dari kedua belah pihak[4]. Cara berjabat tangan seperti ini diterangkan dalam banyak hadits yang shahih, dan inilah erti “berjabat tangan” secara bahasa[5]. Adapun berjabat tangan dengan dua tangan adalah cara yang menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam[6].

2. Berjabat tangan juga disunnahkan ketika berpisah, berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh syaikh al-Albani[7]. Maka pendapat yang mengatakan bahwa berjabat tangan ketika berpisah tidak disyariatkan adalah pendapat yang tidak memiliki dalil. Meskipun jelas saranannya tidak sekuat saranan berjabat tangan ketika bertemu[8].

3. Berjabat tangan adalah ibadah yang disyari’atkan ketika bertemu dan berpisah, maka melakukannya di selain kedua waktu tersebut, misalnya setelah solat lima waktu, adalah menyelisihi ajaran Nabi, bahkan sebahagian ulama menghukuminya sebagai perbuatan bid’ah[9]. Di antara para ulama yang melarang perbuatan tersebut adalah al-’Izz bin ‘Abdussalam, Ibnu Hajar al-Haitami asy-Syafi’i, Quthbuddin bin ‘Ala-uddin al-Makki al-Hanafi, al-Laknawi dan lain-lain[10].

4. Adapun berjabat tangan setelah solat bagi dua orang yang baru bertemu pada waktu itu (setelah solat lima waktu, pen), maka ini dianjurkan, kerana niat keduanya adalah berjabat tangan kerana bertemu dan bukan kerana solat[11].

5. Mencium tangan seorang guru/ustadz ketika bertemu dengannya adalah diperbolehkan, berdasarkan beberapa hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perbuatan beberapa orang sahabat radhiyallahu ‘anhum. Akan tetapi kebolehan tersebut harus memenuhi beberapa syarat, iaitu:

(a) Tidak menjadikan hal itu sebagai kebiasaan, kerana para sahabat radhiyallahu ‘anhum sendiri tidak sering melakukannya kepada Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih lagi jika hal itu dilakukan untuk tujuan mencari berkah dengan mencium tangan guru.
(b) Perbuatan itu tidak menjadikan guru menjadi sombong dan merasa dirinya besar di hadapan orang lain.
(c) Jangan sampai hal itu menjadikan kita meninggalkan sunnah yang lebih utama dan lebih disarankan ketika bertemu, iaitu berjabat tangan, sebagaimana keterangan di atas[12].

wallahualam

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A.
Artikel www.muslim.or.id

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...