PENTINGNYA KEJUJURAN DAN KEIKHLASAN
Bersikap jujur dan percaya kepada orang lain baik dalam perkataan maupun perbuatan sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam hadits shahih, “Telah ditetapkan bagi anak adam bagiannya dari dosa perzinaan, dimana dia pasti melakukannya, maka kedua mata itu berzina, zinanya dengan melihat, kedua telinga itu berzina, zinanya dengan mendengar, kedua tangan itu berzina, zinanya dengan menyentuh, kedua kaki itu berzina, zinanya dengan berjalan, hati berangan-angan dan menginginkan, kemudian kemaluan membenarkan (pekerjaan itu) dan mendustakannya”.
SELARAS PERKATAAN DAN PERBUATAN
Sufyan
Al-Tsauri berkata, “Allah tidak akan menaburkan rahmat-Nya kepada
seseorang yang hatinya di penuhi kotoran, walaupun sikapnya baik dan
penampilannya memikat banyak orang. Membersihkan hati harus lebih sering
dilakukan daripada membersihkan badan dan wajahmu. Janganlah amaliah
lahirmu tampak cemerlang, sementara amaliah batinmu tampak gelap.
Janganlah penampilan lahirmu merepotkan dirimu, sementara engkau tidak
pernah bersolek untuk penampilan batinmu.”
Ibn
Al-Mubarak berkata, “Lahir dan batinmu harus sejalan, jika tidak
sejalan, engkau akan terus tertekan. Engkau akan kepayahan untuk
menutupi kekurangan dirimu. Hiduplah engkau secara apa adanya. Jujurlah
engkau kepada dirimu, engkau akan bebas dan ringan melangkah. Engkau
tidak akan dihadapi rasa was-was dan khawatir terhadap kekurangan
dirimu. Ketahuilah, engkau tidak akan meraih kehormatan dengan
kedustaan. Kehormatan dpat diraih dengan kejujuran. Serasikan penampilan
lahirmu dengan penampilan batinmu.”
“ketakselarasan
amal lahir dan amal bathin bagaikan jamban yang indah dan mewah tetapi
di dalamnya penuh dengan kotoran”. (Maimun Bin Mahran). Rasulullah
saw bersabda, setiap perbuatan umatku telah diperlihatkan kepdaku, yang
baik maupun yang buruk. Di antara berbagai perbuatan yang baik, adalah
menyingkirkan hal-hal kecil di jalanan yang membahayakan orang. Di
antara berbagai perbuatan yang buruk adalah berdahak di dalam masjid
kemudian dahak itu tidak ditutup dengan tangannya. Rasulullah
saw bersabda, setiap sendi manusia wajib dikeluarkan sedekah setiap
hari, dimulai saat matahari terbit, mendamaikan dua orang, menolong
seseorang yang ingin naik kendaraannya, mengangkatnya ke atas kendaraan
atau mengangkat barang bawaannya adalah sedekah. Perkataan yang baik
adalah sedekah, langkah kaki yang digunakan untuk mengerjakan salat
adalah sedekah, menyingkirkan benda berbahaya di jalan adalah sedekah.
Seorang
sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, yang bagaimanakah orang yang baik
itu?” Nabi Saw menjawab, “Yang panjang usianya dan baik amal
perbuatannya.” Dia bertanya lagi, “Dan yang bagaimana orang yang paling
buruk (jahat)?” Nabi Saw menjawab, “Adalah orang yang panjang usianya
dan jelek amal perbuatannya.” (HR. Athabrani dan Abu Na’im)
Mereka mengutamakan (orang lain) daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. (QS. Al-Hasyr:9). Mengutamakan
orang lain dicontohkan oleh para sufi , mereka rela melaparkan diri,
asalkan orang lain terpenuhi kebutuhannya. Bahkan, ada diantara mereka
yang rela mengorbankan harta dan jiwanya demi keselamatan orang banyak.
Hal ini mereka lakukan sebagai tanda ketundukan kepada Allah yang
memerintahkan mereka untuk membantu orang lain.
Pada
umunya, mengutamakan orang lain berkait dengan harta. Harta yang paling
baik untuk membantu orang lain adalah harta yang sedang dibutuhkan oleh
pemiliknya tetapi sangat dibutuhkan orang lain, sehingga pemiliknya
sangat berat untuk mengeluarkannya. Sebagai teladan manusia, Nabi
Muhammad saw selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas
kepentingan pribadinya. Rasulullah
saw bersabda, pertemukan aku dengan seseorang yang lemah, karena kalian
akan ditolong dan diberi rezeki melalui orang-orang yang lemah di
antara kalian. Dari Abu
Hurairah, berkata Rasulullah saw: “Barangsiapa mengajak kepada kebaikan,
maka dia mendapat pahala yang sama seperti pengikutnya tanpa mengurangi
pahala pelakunya. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kejahatan, maka
dia mendapat dosa yang sama seperti pelakunya tanpa mengurangi dosa
pelakunya”. (HR Muslim). Dari
Anas, sesungguhnya seseorang berkata kepada Nabi saw: “Nasehatilah
saya”. Berkata Rasulullah saw: “Kerjakanlah perintah dengan perencanaan,
sehingga kamu melihat kebaikan di dalamnya, dan jika kamu tersesat maka
peganglah perintah tersebut”. (HR. Penjelasan Sunnah).
Diriwayatkan
oleh Imam Muslim dan Abu Dzar ra, berkata: Aku bertanya, “Wahai
Rasulullah, perbuatan apa yang paling ujtama ?” Beliau bersabda, “Iman
kepada Allah swt dan berjihad dijalan-Nya.” Aku bertanya lagi, “Budaj
apa yang paling utama (untuk dibebaskan)?” Beliau bersabda, “Yang paling
berharga dimata pemiliknya dan yang paling mahalharganya.” Aku berkata,
“jika aku tidak bekerja? “Beliau bersabda, “Engkau bias membantu orang
yang bekerja atau bekerja untuk orang yang tidak mampu bekerja.” Aku
bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika atau tidak mampu
melakukan perbuatan yang bermanfaat?” Rasulullah saw bersabda,
“Hendaklah engkau menahan kejahatanmu terhadap orang lain, karena hal
itu merupakan sededkah darimu kepada dirimu.”
Al-Maqrizi
berkata, “Sebagian orang berpendapat bahwa ibadah yang paling utama
adalah ibadah yang manfaatnya bias dirasakan oleh orang lain. Ia lebih
utama daripada ibadah yang manfaatnya terbatas untuk pelakunya. Mereka
berpendapat bahwa membantu orang fakir atau sibuk dalam membantu orang
lain adalah perbuatan utama, berdasarkan sabda Rasulullah saw “Semua
makhluk itu keluarga Allah, dan yang paling dicintai Allah ialah yang
paling bermanfaat bagi keluarganya. Mereka berkata: Perbuatan ahli
ibadah hanya untuk diri mereka sendiri, dan perbuatan orang yang
bermanfaat bias membantu orang lain, maka ia lebih utama daripada yang
manfaatnya terbatas.
Diriwayatkan
oleh Imam Abu Daud dari Abu Darda ra, ia berkata, Rasulullah saw
bersabda, “Maukah kalian aku beritahu akan amalan yang lebih utama
daripada derajat puasa, shalat, dan sedekah?” Mereka berkata, “Tentu.”
Beliau bersabda, “Memperbaiki hubungan antara manusia, dan bahwasanya
rusaknya hubungan anatara manusia adalah kebinasaan.” Maksud dari
kebinasaan disini ialah dengan putusnya hubungan anatara manusia akan
putus silahturahim, akan menzalimi orang-orang yang mulia, berbuat
bodoh, saling mengklaim, saling menipu, dan perbuatan-perbuatan dosa
yang lainnya.
Jabir
bin Abdillah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya
orang yang paling aku benci dan yang paling jauh majelisnya dari aku
pada hari kiamat adalah tsartsarun (orang yang banyak omong),
mutasyaddiqun (yang membual dan bicara seenaknya), dan mutafayhiqun!”
Para sahabat menukas, “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui siapa itu
tsartsarin dan mutasyaddiqin, tetapi tentang mutafayhiqun, kami tidak
mengetahuinya. Siapakah mereka?” Rasulullah saw menjawab, “Mereka adalah
orang yang sombong (angkuh).” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan Abu Nu’aim). Seseorang
yang banyak berbicara dengan di buat-buat dan keluar dari kebenaran
sangatlah dibenci oleh semua orang dan tidak disenangi oleh setiap jiwa,
karena ucapan mereka biasanya berupa pembicaraan atau ucapan yang
sia-sia dan yang mereka tambah-tambah atau dibuat-buat. Kita harus
mengingat ayat yang berbunyi ini “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf:18)
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi
(pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat
(pekerjaan-pekerjaanmu itu).” (Al-Infithar:10-11).
Lidah
adalah tiang penopang badan, jika ia lurus maka akan luruslah seluruh
anggota badan dan sebaliknya bilamana ia bengkok atau miring maka
bengkok pula anggota badannya. Lidah merupakan pengendali dan penguasa
badan, jika ia selingguh dan berbuat jahat kepada anggota badan dengan
suatu kejahatan atau keselingkuhan, maka anggota badanpun ikut
melakukannya. Manakala ia berhati-hati dan menjauhkan diri dari ucapan
kotor, menyakitkan, dan kata-kata tajam, anggota badan pun akan
berhati-hati.
MENJALIN PERSAHABATAN
“Jika
bersahabat dengan seseorang, janganlah engkau melihat kadar
kecintaannya kepadamu. Tetapi, lihatlah kadar kecintaanmu kepadanya”.
(Ibn Mas’ud). Imam Al-Ghazali
berkata, “Jika engkau hendak mencari teman dalam menuntut ilmu, baik
ilmu akhirat maupun ilmu dunia, pertimbangkan lima hal, pertama
kepandaiannya. Tidak beruntung pencari ilmu yang berteman dengan orang
bodoh, sebab orang bodoh hanya akan menyusahkannya dan membuat dirinya
terbelakang. Kedua, akhlaknya. Bersahabat dengan orang yang berakhlak
tercela penuh resiko. Orang yang buruk akhlaknya tidak bias
mengendalikan diri ketika tersinggung atau merasa senang sehingga
mencelakai temannya. Selain itu, orang yang tercela dapat menulari
perbuatan tercelanya itu kepada temannya. Ketiga, ketakwaannya. Tidak
beruntung bersahabat dengan orang fasik yang suka berbuat maksiat dan
dosa, sebab perbuatan fasik dapat menjurumuskan seseorang ke jurang
kehinaan dan lembah maksiatan. Akibat berteman dengan orang fasik adalah
durhaka kepada Allah. Keempat, kezuhudannya. Tidak baik bersahabat
dengan orang yang rakus pada harta. Bersahabat dengan orang yang rakus
membahayakan keselamatan jiwa. Dan, kecenderungan manusia adalah meniru
apa yang dilakukan oleh teman dekatnya. Kelima, kejujurannya. Orang yang
tidak jujur suka berbohong kepada orang lain dan menipu dirinya
sendiri. Jika engkau berteman dengan pembohong, orang lain akan
menganggapnya sebagai pembohong atau penipu sehingga orang lain
menjauhimu. Berteman dengan pembohong membuat dirimu terjerat dalam
pembenaran sikap bohong. Padahal, bohong adalah dosa besar.”
Apabila
berkumpul tiga orang janganlah yang dua orang berbisik-bisik (bicara
rahasia) dan meninggal orang yang ketiga. (HR Al Bukhari). Tiga
perbuatan yang termasuk sangat baik, yaitu berzikir kepada Allah dalam
segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan satu sama lain, dan
menyantuni saudara-saudaranya (yang memerlukan). (HR. Adailami). Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak
mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya
(kehormatan dan nama baik). (HR Muslim).
“Sahabat
sejati adalah orang yang jika engkau susah, ia ikut merasa susah. Jika
engkau senang, ia pun ikut merasa senang.” (Syaikh Ibrahim Al Bajuri).
Kita
mencontoh diantara akhlak sufi yaitu selalu bertanya tentang keadaan
sahabat ketika bersua satu sama lain, dan juga menanyakan langsung
prihal keadaan temannya, keluarganya dan semua itu bukanlah basa-basi. Sahabat
Ibn Al-Mubarak berkata, “Sungguh, aku selalu merasa diperhatikan olehmu
setiap saat, sehingga aku merasa bahwa gerak langkahku selalu terawasi
olehmu.”
“Tujuanku
selalu memerhatikanmu ada dua, pertama, keharusan persahabatan adalah
saling mengawasi. Kedua, aku menginginkan engkau sadar atas pengawasan
Allah, sebab makhluk saja mengawasimu, apalagi Sang Pencipta. Dia tidak
pernah tidur dan mengantuk, Dia selalu terjaga untuk mengawasi
makhluk-Nya. Tidak ada satu bendapun yang jatuh dimuka bumi, walaupun
seekor semut hitam diatas batu hitam di tengah malam yang gelap, kecuali
Allah mengetahuinya. Lebih-lebih gerak langkah badanmu dan badanku,”
kata Ibn Al-Mubarak.
Rasulullah
saw bersabda, Setiap muslim adalah bersaudara, hendaklah dia tidak
menzalimi dan meyakiti saudaranya. Siapa yang membantu saudaranya, Allah
akan membantunya. Siapa yang meringankan beban saudaranya, Allah akan
meringankan bebannya pada hari Kiamat. Siapa yang menutupi aib
saudaranya, kelak Allah menutupi aib saudaranya, kelak Allah menutupi
aibnya di hari Kiamat nanti.
TIDAK BERSIKAP ZALIM
“Pada
hari kiamat, Allah akan berfirman, ‘Aku adalah Maharaja. Orang yang
pernah berbuat zalim akan diadili. Ia tidak masuk surge, hingga Aku
mengadilinya secara benar.” (Andullah bin Anis).
Rasulullah
pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Apakah kalian tahu siapa orang
yang pailit dianatara umatku pada Hari Kiamat?” para sahabat menjawab,
“Orang pailit dari kalangan kita adalah orang yang tidak punya dirham,
dinar, dan barang-barang berharga.” Rasulullah saw bersabda, “Orang
pailit adalah orang yang membawa amal puasa, shalat, dan haji di Hari
Kiamat. Namun, datanglah bukit bahwa ia pernah mencaci, mengambil harta
tanpa hak, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Maka, kebaikannya
dibagikan kepada orang yang dizalimi tersebut. Jika kebaikannya telah
habis, sementara hak orang yang dizalimi belum terpenuhi, dosa orang
yang dizalimi dibebankan kepada yang menzalimi. Akhirnya, ia dilemparkan
ked lam neraka.”
Rasulullah
saw bersabda, Siapa yang menzalimi orang lain meskipun hanya mengambil
sejengkal tananya, akan dikalungkan sejengkal tanah itu dilehernya
seberat tujuh lapis bumi. Rasulullah
saw bersabda, Siapa yang pernah berbuat zalim kepada saudaranya, baik
terhadap kehormatan ataupun sesuatu yang lainnya, hendaknya dia
menghentikan perbuatan itu sekarang juga sebelum dinar dan dirham tidak
berarti lagi. Jika dia memiliki perbuatan saleh, pahala perbuatan saleh
itu akan diambil sesuai dengan besar kezaliman yang telah dilakukannya.
Jika dia tidak memiliki kebaikan sedikitpun, dosa-dosa orang yang telah
dilakukannya itu akan dibebankan kepadanya.
Dan
dari Aisyah ra, berkata Rasulullah saw: “Barangsiapa berbuat zalim
sepanjang satu hasta di bumi, maka akan dikalungkan tujuh bumu”. (HR
Bukhari dan Muslim). Dari Aus
bin Syarhabil, bahwa dia mendengar Rasulullah saw berkata, “Siapa yang
berjalan dengan kedzaliman untuk berbuat semena-mena, sedang ia tahu
bahwa itu dzalim, maka ia telah keluar dari Islam”. (HR Baihaqi).
Aisyah
ra berkata, “Rasulullah saw bukanlah orang yang keji, Beliau tidak
membiarkan kekejian, tiada mengeluarkan suara keras di pasar-pasar dan
tidak membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan. Beliau suka
memaafkan dan berjabat tangan”. (HR Tirmidzi). Rasulullah
saw bersabda, Takutlah kalian kepada kezaliman, karena hal itu
menyebabkan kegelapan pada hari kiamat nanti. Takutlah kalian kepada
kekikiran, karena sifat kikir itu telah merusak orang-orang sebelum
kalian. Sifat kikir telah mendorong mereka untuk saling menumpahkan
darah dan menghalalkan apa yang telah diharamkan kepada mereka.
Rasulullah
saw bersabda, “Allah akan menangguhkan kematian orang yang zalim, lalu
dia mengambil nyawanya dan tidak akan dilepas dari siksa-Nya.” Setelah
itu, Rasulullah saw membaca firman Allah swt, “Demikianlah azab Tuhanmu,
jika Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim.
Sesungguhnya azab-Nya itu sangat pedih dan berat.”
Allah
Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi): “Dengan keperkasaan dan
keagunganKu, Aku akan membalas orang zalim dengan segera atau dalam
waktu yang akan dating. Aku akan membalas terhadap orang yang melihat
seorang yang dizalimi sedang dia mampu menolongnya tetapi tidak
menolongnya.” (HR Ahmad)
Bila
orang-orang melihat seseorang yang zalim tapi mereka tidak mencegahnya
dikhawatirkan Allah akan menimpakan hukuman terhadap mereka semua. (HR
Abu Dawud). Rasulullah saw
bersabda, jika engkau mencari-cari kesalahan kaum Muslimin berarti
engkau telah menjelek-jelekkan mereka, atau hamper merusak nama baik
mereka. Rasulullah saw
bersabda, hindarilah prasangka, sungguh prasangka adalah ucapan yang
paling dusta. Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan orang lain,
saling berdebat, saling mendengki, saling membenci, dan saling
berpaling. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang
diperintahkan kepadamu. Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang
lain, dia tidak boleh menganiaya, menghina, dan mengejeknya. Ketakwaan
itu ada di sini – Beliau sambil menunjuk kearah dada kirinya -.
Seseorang cukup dikatakan jahat manakala dia mengejek saudaranya sesame
muslim. Setiap muslim untuk muslim yang lain, itu haram darahnya,
kehormatan dirinya, dan juga harta bendanya. Sungguh Allah tidak
memandang bentuk tubuh kalian, akan tetapi Allah memandang hati dan amal
perbuatan kalian.
SALING HORMAT MENGHORMATI
Abu
Bakar Al-Shiddiq berkata, “Hendaklah engkau tidak menghina siapapun
dari umat Islam. Sebab, seorang Muslim yang dianggap remeh oleh manusia
adalah terhormat dalam pandangan Allah swt.”
Abdullah
bin Abbas berkata, “Termasuk diantara kebaikan yang paling utama adalah
menghargai teman dekat.” Kemudian, dia melihat kea rah Ka’bah dan
berkata, “Sesungguhnya Allah swt telah menghormati dan memuliakanmu.
Namun, kemulian seorang Mukmin di sisi Allah swt lebih besar
dibandingkan kemulianmu. Syaikh
Abd Al-Salam berkata, “Kepentingan mu dengan teman dekatmu lebih besar
daripada terhadap saudaramu sendiri. Terkadang engkau malu meminta suatu
kebutuhan kepada keluarga dekatmu, tetapi engkau berani meminjam
sesuatu kepada temanmu. Seseorang akan lebih dekat dengan temannya
daripada saudaranya. Oleh sebab itu, peliharalah persahabatan dengan
temanmu dengan penuh toleran dan saling tenggang rasa.”
Syaikh
Izz Al-Din bin Al-Khulani berkata, “Suatu saat engkau akan merasakan
nilai menghargai orang lain. Harga dirimu bukan bergantung pada
penghargaan orang lain kepadamu. Namun, ia bergantung pada seberapa
besar engkau menghargai orang lain. Suatu saat engkau akan merasakan
nilai dari membantu orang lain. Andaikan engkau tidak merasakan buah
membantu orang lain secara langsung, keturunanmulah yang akan
merasakannya.”
Rasulullah
saw bersabda, seorang muslim adalah orang yang mampu membuat kaum
muslimin lainnya selamat dari bahaya lisan dan tangannya. Sedangkan
orang yang berhijrah adalah orang yang menjauhkan diri dari yang
dilarang Allah.
Rasulullah
saw bersabda, janganlah kalian saling membenci, saling mendengki,
saling membelakangi, dan jangan pula saling memutuskan tali silaturahim,
dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak boleh seorang
muslim tidak menyapa (bermusuhan) saudaranya lebih dari tiga hari.
Dari
Anas, berkata Rasulullah saw: “Demi Allah yang diriku berada di
tangan-Nya, tidak beriman selamanya sampai dia mencintai saudaranya
seperti dia mencintai dirinya sendiri”. (HR Bukhari dan Muslim).
SELALU MENJAGA LISAN
Rasulullah
saw bersabda, Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah
memuliakan tamunya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir,
hendaklah menyambung hubugan kekerabatan. Siapa yang beriman kepada
Allah dan hari Akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.
Rasulullah saw bersabda, “Diam adalah kebijaksanaan, dan sedikit orang yang mampu melakukannya.” (HR. Abu Manshur ad-Dailami), Diriwayatkan
dari Sufyan ibn Salim bahwa Rasulullah saw berkata, “Maukah kalian aku
kabarkan tentang ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi anggota
tubuh? Yaitu diam dan berbudi pekerti mulia!” (HR Ibnu Dunya. Hadis ini
berstatus mursal dan perawinya bisa dipercaya).
Manusia
yang waspada pasti akan menyadari bahwa didalam banyak bicara terdapat
bahaya. Sedangkan di dalam diam terdapat keselamatan. Di dalam diam
terkandung keutuhan cita-cita serta keabadian wibawa dan juga ada
kemurnian waktu untuk beribadah dan berzikir, selamat di dunia dari
perkataan dan selamat di hari Perhitungan. Dalam Al-Qur’an dikatakan
“Setiap ucapan yang keluar, pasti ada malaikat pengawas yang selalu
hadir (mencatatnya).” (QS. Qaf:18).
Rasulullah
saw bersabda, Seseorang yang berkata tanpa dipikirkan terlebih dahulu,
dapat membuatnya tergelincir ke dalam api neraka yang luasnya seluas
jarak antara belahan dunia bagian timur dan barat. Ya’la
ibn Ubaid berkata, “Kami menghadap Ibnu Sauqah. Dia berkata, “Wahai
anak saudaraku, aku ingin bercerita kepadamu, semoga cerita ini
bermanfaat bagimu. Dan cerita ini memang bermanfaat bagiku: Atha ibn Abi
Rabah berkata kepada kami, “Sesungguhnya orang-orang dahulu menganggap
berlebihan pembicaraan selain tentang Kitab Allah, perintah kepada yang
baik, pencegahan dari yang mungkar, atau pembicaraan tentang kebutuhan
hidup yang mendesak. Apakah kalian mengingkari bahwa di kanan-kirimu ada
Raqib dan Atid yang mengawasi dan menulis setiap gerak-gerik dan ucapan
kalian? Tidaklah kalian merasa malu jika di dalam lembaran amal kalian
ternyata tidak ada catatan kebaikan?” (Siyar A’lam an-Nubala:5/86).
Rasulullah
saw bersabda, Kekanglah lisanmu, tetaplah berada dirumahmu, dan
menangislah atas segala kesalahan yang telah engkau lakukan. Rasulullah
saw bersabda, janganlah banyak berbicara keculai zikir kepada Allah.
Sungguh membicarakan sesuatu yang bukan zikir kepada Allah dapat membuat
hati menjadi kesat. Manusia yang paling jauh dari Allah adalah manusia
yang hatinya kesat.
Al-Ghazali
berkata, “Di antara dosa yang biasa dilakukan oleh lisan adalah
berdusta. Peliharalah lisanmu dari berdusta, baik dusta yang sengaja
maupun sekadar bercanda. Janganlah membiasakan berbohong walaupun dengan
niat bercanda! Sebab, hal itu bias meringankan lisanmu untuk berbohong
yang sebenarnya.”
Rasulullahsaw
bersabda, Seseorang yang berkata yang diridhai Allah, akan dinaikkan
derajatnya oleh Allah beberapa derajat. Namun, seseorang yang berkata
yang dibenci Allah, dapat membuatnya terjurumus ke dalam neraka jahanam. Ibrahim berkata, “Dua hal yang sering membuat manusia binasa, yaitu harta berlebihan dan ucapan berlebihan!”
Bilal
ibn Harits berkata, “Rasulullah saw berkata, “Ada orang yang berkata
tentang sesuatu yang diridhai Allah, namun tidak menyangka akan
mendapatkan keridhaan itu, kemudian Allah mencatat keridhaan-Nya untuk
orang itu sampai hari Kiamat lantaran kata-kata yang ia ucapkan. Ada
juga orang yang berkata tentang sesuatu yang dimurkai Allah, namun tidak
menyangka akan mendapatkan kemurkaan itu, kemudian Allah mencatat
kemurkaan-Nya untuk orang itu sampai hari Kiamat lantaran kata-kata yang
ia ucapkan. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi. Hadis ini dianggap sahih.
Termasuk
perbuatan yang dilarang agama adalah saling berbantah. Perbuatan ini
dapat memicu terjadinya pertengkaran, saling menghujat, dendam dan
kejahatan-kejahatan lainnya. Larangan berbantahan ini telah dijelaskan
oleh Rasulullah saw dalam sabdanya, “Jangan membantah saudaramu, jangan
mengejeknya dan jangan berjanji kepadanya, lalu engkau tidak menepati.”
((HR Tirmidzi).
Rasulullah
saw bersabda, “Barangsiapa meninggalkan sikap berbantahan, padahal ia
dalam posisi yang benar, niscaya dibagunkan untuknya rumah di surge yang
paling tinggi. Barangsiapa meninggalkan sikap berbantahan, sedangkan ia
dalam posisi yang salah, niscaya dibangunkan rumah untuknya
ditengah-tengah surge.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Rasulullah
saw bersabda, jika datang waktu pagi, seluruh anggota tubuh
mengingatkan lisan, sembari mereka berkata, “Bertakwalah kepada Allah,
itulah cara memelihara keselamatan kami. Karena nasib kami sangat
tergantung padamu. Bila kau berada di jalan yang lurus, kami pun akan
berada di jalan yang lurus. Jika kau menyimpang, kami pun akan
menyeleweng.”
Adab dan tata karma dalam berbicara :
1. Hendaknya ucapan itu lembut dan murni (tidak dibuat-buat)
2. Hendaknya kata-kata yang diucapkan bukan kata-kata yang buruk dan kotor.
3. Tidak banyak humor atau bercanda, atau mengucapkan kata-kata yang sia-sia dan tidak bermanfaat6.
4. Harus memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara (tidak didominasi sendiri)
5. Tidak memotong atau memutuskan pembicaraan orang lain
6. Tidak berbisik atau berbicara pelan kepada teman kita yang satu padahal teman kita yang lain bersama kita.
7. Berbicara yang jujur, jauhi oleh kita dusta karena dusta itu adalah sifat yang terjela dan dibenci.
8. Berbicaralah
tentang sesuatu yang kita ketahui, jangan berbicara tentang sesuatu
yang tidak kita ketahui dan yang bukan urusanmu). Dan apabila kita diam,
hendaklah diam itu karena santun (bukan karena marah).
JANGAN BERGHIBAH & MENGADU DOMBA
Rasulullah
saw bersabda, “Tahukah kalian tentang ghibah itu?” Para sahabat
menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahuinya.” Beliau
bersabda, “Menceritakan sesuatu hal yang dibenci oleh saudaramu
sendiri.” Lalu ada seseorang yang bertanya lagi, “Bagaimana jika dalam
diri saudaraku itu benar seperti yang aku ceritakan tadi?” Beliau
menjawab, “Jika dalam dirinya benar seperti apa yang kau katakana, maka
engkau telah melakukan ghibah. Jika dirinya tidak sesuai dengan apa yang
engkau katakana berarti engkau berdusta.”
Rasulullah
saw bersabda, “Jangan kalian saling dengki, saling benci, saling
menjerumuskan, saling membelakangi dan jangan sebagian kalian
menggunjing sebagian yang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara.” ((HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah
saw bersabda, saat dimikrajkan aku bertemu sekelompok manusia yang
memiliki kuku yang terbuat dari tembaga. Mereka mencakar wajah dan dada
mereka. Aku berkata, “Siapakah mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab,
“Mereka adalah orang-orang yang senang memakan dading manusia (Ghibah).
Dan yang menjatuhkan harga diri atau kehormatan orang lain.”
Jabir
dan Abi Said berkata bahwa Rasulullah saw berkata, “Jauhilah
menggunjing! Sesungguhnya menggunjing itu lebih berat daripada zina.
Orang yang berzina bias jadi kemudian bertobat, lalu Allah yang Maha
Suci menerima tobatnya, sedangkan penggunjing tidak akan diampuni
dosanya, hingga ia dimaafkan oleh temaqnnya (yang digunjing). (HR Ibnu
Abi Dunya, Ibnu Hibban dan Ibnu Mardawiyah).
Dari
Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian saling
mendengki, jangan saling melakukan najasy (pura-pura menawar barang,
agar ditawar orang lain dengan harga lebih tinggi), jangan saling
membenci, jangan saling membelakangi, jangan kalian membeli barang yang
sudah di tawar saudaranya. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara. Seorang Muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lainnya.
Dia tidak boleh menzaliminya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak
boleh menghinakannya. Takwa itu ada disini, Beliau mengucapkannya
sembari berisyarat ke dada tiga kali. “Cukuplah seseorang itu dianggap
berbuat buruk bila dia meremehkan saudaranya sesame muslim. Seorang
muslim terhadap muslim lainnya itu haram : darahnya, hartanya dan
kehormatannya.”
“Wahai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka!
Sesunguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian
menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang diantara kalian
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat:12)
“Janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawabannya.” (Al-Isra:36).
Rasulullah
saw bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan tentang orang yang paling
jahat?” Para sahabat menjawab, “Ya.” Rasulullah berkata,”Orang yang
berjalan dengan mengadu domba, orang yang merusak hubungan kasih saying,
dan orang yang mencari-cari aib orang yang tidak bersalah.” (HR.
Ahmad).
Rasulullah
saw bersabda tentang dua penghuni kubur yang beliau lewati, keduanya
disiksa bukan karena dosa besar yang mereka lakukan, keduanya merasa
berat meninggalkannya. Salah seorang dari mereka ketika masih hidup suka
mengadu domba orang lain, sementara yang lainnya tidak menjaga diri
dari air kencingnya sendiri.
Membicarakan
seseorang muslim tentang sesuatu yang tidak ada padanya dan mengadu
domba orang beriman, dalam hadits riwayat Ibnu Umar r.a., Rasulullah
bersabda, “barangsiapa yang membicarakan seseorang mukmin dengan sesuatu
yang tidak ada pada dirinya maka Allah akan menempatkannya dalam
thinatul-khabal (kotoran cair yang mengalir dari penghuni neraka). “(HR
Ahmad, Abu Daud, dan Hakim).
TIDAK SALING MEMBENCI DAN MENGHINA
Allah
swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula
wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih dari wanita (yang
mengolok-olok) dan jangan kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Eburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang
buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Hujarat:11)
Rasulullah saw bersabda, orang mukmin bukanlah orang yang suka menghina, mengutuk, berbuat keji dan berbuat hina. Rasulullah
saw bersabda, apabila seseorang menuduh orang lain fasik dan kafir,
tanpa dasar kebenaran, maka tuduhan itu akan kembali kepada dirinya
sendiri.
Rasulullah
saw bersabda, siapa yang ingin selamat dari api neraka dan dimasukkan
ke dalam surge, hendaknya terus menerus beriman kepada Allah dan hari
akhir hingga kematian menjemputnya. Selain itu, hendaknya dia melakukan
sesuatu yang disukai orang lain sebagaimana dia menyukai bila orang lain
melakukan hal itu kepadanya.
Rasulullah
saw berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang mengolok-olok orang lain,
akan dibukakan pintu surge bagi mereka, lalu mereka dipanggil,
“Kemarilah, kemarilah!” orang itu menuju pintu surga dengan segala
kesulitannya dan kesedihannya. Ketika hampir sampai di pintu surga, maka
pintu itu ditutup. Kemudian dibukakan pintu yang lain, lalu ia
dipanggil, “Kemarilah, kemarilah!” ia menuju ke pintu itu dengan segala
kesulitan dan kesedihannya. Ketika ia hampir sampai ke pintu, maka pintu
tertutup untuknya. Kejadian ini terus berlanjut, hingga ketika
dibukakan pintu untuknya, lalu ia dipanggil, “Kemarilah, kemarilah!”
orang itu tidak mau datang lagi.”
Muadz
ibn Jabal berkata bahwa Rasulullah saw berkata, “Barangsiapa
menjelek-jelekan saudaranya karena dosa yang telah disesali (sudah
bertobat), ia tidak akan mati sampai ia melakukan dosa itu.
JANGAN SALING BERPRASANGKA
Rasulullah
saw bersabda, hindarilah prasangka, sungguh prasangka adalah ucapan
yang paling dusta. Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan orang
lain, saling berdebat, saling mendengki, saling membenci, dan saling
berpaling. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara bagi muslim yang
lain, dia tidak boleh menganiaya, menghina, dan bmengejeknya. Ketakwaan
itu ada disini- Beliau sambil menunjuk kearah dada dirinya. Seseorang
cukup dikatakan jahat manakala dia mengejek saudaranya sesame muslim.
Setiap muslim untuk muslim yang lain, itu haram darahnya, kehormatan
dirinya, dan juga harta bendanya. Sungguh Allah tidak memandang bentuk
tubuh kalian, akan tetapi Allah memandang hati dan amal perbuatan
kalian.
Rasulullah
saw bersabda, jika engkau mencari-cari kesalahan kaum Muslimin berarti
engkau telah menjelek-jelekkan mereka, atau hamper merusak nama baik
mereka.
JANGAN MEMBUKA RAHASIA ORANG LAIN
Diriwayatkan
bahwa Muawiyah menyampaikan rahasia kepada Walid ibn Utbah, lalu Walid
berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, sesungguhnya Amirul Mukminin
menyampaikan satu rahasia kepadaku. Belum pernah aku melihat dia
merahasiakan sesuatu darimu. Ayanhnya berkata, “Kalau begitu, jangan kau
katakana kepadaku. Karena, barangsiapa menyembunyikan rahasia, maka
baginya kebaikan, barangsiapa menyebarkan rahasia, maka kebaikan akan
hilang darinya.” Walid berkata, “Wahai ayah, tetapi ini hanya antara
seseorang dengan ayahnya?” Ayahnya berkata, “Tidak, demi Allah, wahai
anakku! Aku lebih suka engkau tidak merendahkan lisanmu dengan mengumbar
rahasia.” Walid lantas dating kepada Muawiyah dan memberitahukan segala
apa yang dikatakan oleh ayahnya. MUawiyah lantasberkata, “Hai Walid,
ayahmu telah membebaskanmu dari kesalahan.”
Membuka
rahasia merupakan penghianatan. Haram dilakukan, jika mengakibatkan
bahaya. Dan tercela menyebarkan rahasia, jika tidak menimbulkan bahaya.
MENJAGA AIB ORANG LAIN
Rasulullah saw bersabda, seseorang yang menutupi aib orang lain akan ditutupi aibnya oleh Allah pada hari Kiamat.
SELALU MENYENANGKAN HATI ORANG LAIN
Syaikh
Abd Al-Salam berkata, “Seseorang akan disenangi oleh orang lain bukan
karena dirinya banyak member harta, melainkan karena ia lebih pengertian
dan sabar dalam bergaul. Ingatlah, manusia tidak akan dapat dirayu oleh
harta! Rayuan harta hanya akan menimbulkan sikap semu. Seseorang yang
menampakkan rasa senang karena banyak diberi harta oleh kita akan
menampakkan sikap sebaliknya saat tidak diberi.”
Abdullah
Al-Baghdadi berkata, “Engkau akan disenangi orang lain seukuran engkau
menyenangkan mereka. Engkau akan dibenci orang lain seukuran engkau
membenci mereka. Engkau akan dicintai orang lain seukuran engkau
mencintai mereka. Engkau tidak harus bertanya seberapa besar kecintaan
sahabatmu kepadamu. Namun, ukurlah seberapa besar cintamu kepadanya.
Sebab, kecintaanmu adalah ukuran kecintaannya.
Sumber :
Penulis : Ida Lindawati
http://slight-hope.blogspot.com/
Tiada ulasan:
Catat Ulasan