Oleh : Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah
Allah ta’ala telah berfirman :
إِنَّمَا
السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الأرْضِ
بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya
dosa itu atas orang-orang yang berbuat dhalim kepada manusia dan
melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat ‘adzab yang
pedih” [QS. Asy-Syuuraa : 42].
كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“Mereka
satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” [QS. Al-Maaidah : 72].
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ...
”Setiap
orang di antara kalian adalah pemimpin, dan setiap orang di antara kamu
akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya...”.[1]
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا.
الظُّلْمُ، ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
أَيُّمَا رَاعٍ غَشَّ رَعِيَّتَهُ فَهُوَ فِي النَّارِ.
مَنِ
اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً ثُمَّ لَمْ يُحِطْهَا بِنُصْحٍ إِلَّا
حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ. متفق عليه. وفي لفظ : يَمُوتُ حِينَ
يَمُوتُ وَهُوَ غَاسِ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ.
”Barangsiapa
yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak
mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim]. Dalam lafadh yang lain disebutkan : ”Ia mati dimana ketika matinya itu ia dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah haramkan baginya surga”.[5]
مَا مِنْ أَمِيْرِ عَشْرَةٍ إِلَّا يُؤْتَى بِهِ مَغْلُولَةً يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ، أطْلَقَهُ عَدْلُهُ أَوْ أوْبَقَهُ جَورُ
”Tidaklah
ada seorang pun yang memimpin sepuluh orang, kecuali ia didatangkan
dengannya pada hari kiamat dalam keadaan tangannya terbelenggu di
lehernya. Entah keadilannya akan membebaskannya ataukah justru
kemaksiatannya (kedhalimannya) akan melemparkanya (ke neraka)”.[6]
اللَّهُمَّ
مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ هَذِهِ أُمَّتِي شَيْئاً فَرَفَقَ بِهِمْ،
فَارْفُقْ بِهِ. وَمَنْ شَقَّ عَلَيْهَا فَاشْفُقْ عَلَيْهِ. رواه مسلم.
”Ya
Allah, siapa saja yang mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia
menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan
mereka, maka susahkanlah ia” [Diriwayatkan oleh Muslim].[7]
سَيَكُونُ
أُمَرَاءُ فَسَقَةٌ جَوَرَةٌ، فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبَهُمْ،
وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنهُ، وَلَنْ
يَرِدَ عَلَيَّ الْحَوْضَ.
”Akan
ada nanti para pemimpin yang fasiq lagi jahat. Barangsiapa yang
membenarkan kedustaan mereka dan menolong kedhalimannya (atas
rakyatnya), maka ia bukan termasuk golonganku dan aku bukan termasuk
golongannya. Ia tidak akan sampai pada Al-Haudl (telaga)”.[8]
مَا
مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي هُمْ أَعَزُّ وَأَكثَرُ
مِمَّنْ يَعمَلُهُ، ثُمَّ لَمْ يُغَيِّرُوا إِلَّا عَمّهُمُ اللهُ
بِعِقَابٍ.
”Tidaklah
satu kaum yang di dalamnya dikerjakan satu perbuatan maksiat, dimana
mereka yang tidak mengerjakan kemaksiatan itu lebih kuat dan lebih
banyak daripada yang mengerjakannya, namun mereka tidak mengubah
kemaksiatan tersebut; niscaya Allah akan menimpakan hukuman adzab pada
mereka semua”.[9]
وروى
أبو عبيدة بن عبد الله بن مسعود، عن أبيه قال : قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم : وَالَّذَي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَلَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَلَتَأْخُذَنَّ عَلَى يَدِ الْمُسِيءِ،
وَلَتَأْطِرُنَّهُ عَلَى الْحَقِّ أَطْراً، أَوْ لَيَضْرِبَنَّ الله
بِقُلُوبِ بَعْضِكُمْ عَلَى بَعْضٍ ثُمَّ يَلْعَنَكُمْ كَمَا لَعَنَهُمْ -
يعني بني إسرائيل - عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْن مَرْيَمَ.
Abu ’Ubaidah bin ’Abdillah bin Mas’ud meriwayatkan dari ayahnya, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam : “Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh yang
ma’ruf dan mencegah yang munkar, mengambil tangan orang-orang yang
bersalah dan mengembalikannya kepada kebenaran dengan sebenar-benarnya;
atau Allah akan memisahkan hati sebagian kalian dengan sebagian yang
lain, kemudian Allah melaknat kalian sebagaimana Allah telah melaknat
mereka – yaitu Bani Israail – melalui lisan Dawud dan ‘Isa bin Maryam”.[10]
Dan
dari Aghlab bin Tamiim : Telah menceritakan kepada kami Al-Mu’allaa bin
Ziyaad, dari Mu’aawiyyah bin Qurrah, dari Ma’qil bin Yasaar, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
صِنْفَانِ
مِنْ أُمَّتِيْ لَا تنَالُهُمَا شَفَاعَتِيْ : سُلْطَانٌ ظَلُوْمٌ
غَشَوْمٌ، وَغَالٍ فِي الدِّيْنِ، يَشْهَدُ عَلَيْهِمْ وَيَبْرَأُ مِنْهُمْ
“Ada
dua golongan dari umatku yang tidak akan disentuh oleh syafa’atku : (1)
seorang pemimpin yang dhalim lagi penipu, dan (2) orang yang
berlebih-lebihan dalam agama (ghulluw) yang bersaksi atas (kepemimpinan)
mereka namun berlepas diri dari mereka”.
Hadits
ini lemah (dla’iif). Ibnu Maalik telah meriwayatkan dimana ia berkata :
Telah berkata Manii’ : Telah menceritakan kepadaku Mu’aawiyyah bin
Qurrah, dengan lafadh semisal. Adapun Manii’ ini, tidak diketahui siapa
dia sebenarnya.[11]
Telah berkata Muhammad bin Juhaadah, dari ‘Athiyyah, dari Abu Sa’iid Al-Khudriy secara marfuu’ :
أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِمَامٌ جَائِرٌ
Dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
أَيُّهَا
النَّاسُ : مُرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ قَبْلَ
أَنْ تَدْعُوا اللهَ فَلَا يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ، وَقَبْلَ أَنْ
تَسْتَغْفِرُوهُ فَلَا يَغْفِرُ لَكُمْ، إِنَّ الْأَمْرَ بِالْمَعْرُوْفِ
وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ لَا يَدْفَعُ رِزْقًا وَلَا يُقَرِّبُ
أَجَلًا، وَإِنَّ الَأَحْبَارَ مِنَ الْيَهُودِ وَالرُّهْبَانَ مِنَ
النَّصَارَى لَمَّا تَرَكُوا الْأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيَ عَنِ
الْمُنْكَرِ لَعَنَهُمُ اللهُ عَلَى لِسَانِ أَنْبِيَائِهِمْ ثُمَّ
عَمَّهُمْ بِالْبَلَاءِ
“Wahai
sekalian manusia : Perintahkanlah untuk berbuat yang ma’ruf dan
melarang perbuatan munkar sebelum kalian berdoa kepada Allah namun Ia
tidak mengabulkannya, dan sebelum kalian meminta ampun kepada-Nya, namun
Ia tidak mengampuni kalian. Sesungguhnya memerintahkan kepada yang
ma’ruf dan melarang dari perbuatan munkar tidak berakibat tertahannya
rizki dan mendekatkan apa yang tertahan/tertunda. Dan sesungguhnya para
rahib dari kalangan Yahudi dan pendeta dari kalangan Nashrani ketika
mereka meninggalkan perbuatan memerintahkan kepada yang ma’ruf dan
melarang dari perbuatan munkar, Allah melaknat mereka melalui lisan para
nabi mereka, kemudian menimpakan bencana pada mereka secara merata”.[13]
Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dari urusan kami yang bukan berasal darinya, maka ia tertolak”.[14]
مَنْ
أَحْدَثَ حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ
وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ، لَا يُقْبَلُ مِنْهُ صَرفًا
وَلَا عَدْلًا
“Barangsiapa
yang melakukan perbuatan jahat atau melindungi pelaku kejahatan, maka
baginya laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. Tidak
diterima darinya amal wajib maupun amal sunnah (yang ia kerjakan)”.[15]
مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ
لَا يَرْحَمُ اللهُ مَنْ لا يَرْحَمُ النَّاسَ
مَا مِنْ أَمِيْرٍ يَلِي أُمُورَ الْمُسْلِمِيْنَ لَا يَجْهَدُ لَهُمْ وَيَنصَحُ لَهُمْ؛ إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمُ الْجَنَّةَ
“Tidak
ada seorang pemimpin/penguasa pun yang diserahi urusan kaum muslimin
kemudian ia tidak bersungguh-sungguh mengurusi mereka dan menasihati
mereka, melainkan ia tidak akan masuk surga bersama mereka”.[18]
مَنْ
وَلَّاهُ اللهُ شَيئًا مِنْ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاحْتَجَبَ دُونَ
حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ احْتَجَبَ اللهُ دُونَ حَاجَتِهِ
وَفَقْرِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa
yang diserahi kepemimpinan terhadap urusan kaum muslimin namun ia
menutup diri tidak mau tahu kebutuhan mereka dan kefakiran mereka,
niscaya Allah tidak akan memperhatikan kebutuhannya dan kefakirannya di
hari kiamat”. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidziy.[19]
الْإِمَامُ الْعَادِلُ يُظِلُّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ
الْمُقْسِطُونَ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، الَّذِيْنَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيْهِمْ وَمَا وَلُوا
“Orang-orang
yang ‘adil berada di mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, dimana
mereka berbuat ‘adil dalam hukum mereka, keluarga mereka, dan siapa saja
yang berada di bawah kepemimpinan mereka”.[21]
شِرَارُ
أَئِمَّتِكُمُ الَّذِيْنَ تَبْغُضُوْنَهُمْ وَيُبْغِضُوْنَكُمْ،
وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ. قالوا : يا رسول الله ! أفلا ننابذهم
؟ قال : لَا، مَا أَقَامُوا فِيْكُمُ الصَّلَاةَ
“Seburuk-buruk
pemimpin kalian adalah (orang) yang kalian membencinya dan mereka pun
membenci kalian, kalian melaknatnya dan mereka pun melaknat kalian”. Para shahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, tidakkah kita boleh menyingkirkannya ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak, selama mereka mendirikan shalat di tengah-tengah kalian”.[22] Keduanya (yaitu hadits ini dan sebelumnya) diriwayatkan oleh Muslim.
إِنَّ
اللهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ،
ثُمَّ قَرَأَ : {وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ
ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ}. متفق عليه
“Sesungguhnya Allah benar-benar mengulur waktu bagi orang yang dhaalim hingga jika Ia mematikannya, Ia tidak akan meluputkannya”. Kemudian beliau membaca ayat : “Dan
begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri
yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi
keras”.[23]
Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dan Muslim.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Mu’aadz saat beliau mengutusnya ke negeri Yaman :
إِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌُ. متفق عليه
“Berhati-hatilah
engkau terhadap harta-harta kesayangan mereka. Dan takutlah engkau
terhadap doa orang yang terdhalimi, karena sesungguhnya tidak ada satu
pun penghalang antaranya dan Allah”.[24] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
إِنَّ شَرَّ الرِّعَاءِ الْخُطَمَةُ. متفق عليه
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
ثَلَاثٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ....... فذكر منهم الملك الكذاب
“Ada tiga golongan yang tidaka akan diajak bicara oleh Allah…………”. Kemudian beliau menyebutkan di antaranya pemimpin pendusta.[26]
Allah ta’ala berfirman :
تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأرْضِ وَلا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri
akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan
(yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa” [QS. Al-Qashshash : 83].
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُوْنَ عَلَى الْإِمَارَةِ، وَسَتَكُوْنُ نَدَامَةَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. رواه البخاري
“Sesungguhnya kalian akan sangat menginginkan kekuasaan (‘imarah) padahal kelak ia akan menjadi penyesalan di hari kiamat”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari.[27]
إِنَّا وَاللهِ لَا نُوَلِّي هَذَا الْعَمَلَ أَحَدًا سَأَلَهُ، أَوْ أَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. متفق عليه
“Sesungguhnya
kami – demi Allah – tidak akan menyerahkan pekerjaan (yaitu jabatan)
ini kepada orang yang memintanya atau orang yang berambisi kepadanya”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.[28]
يَا
كَعْبَ بْنِ عُجْرَةََ ! أَعَاذَكَ اللهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاء؛
أُمَرَاءُ يَكُونُونَ مِنْ بَعْدِيْ وَلَا يَهْتَدُونَ بِهَدْيِيْ، وَلَا
يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِيْ. صححه الحاكم
“Wahai
Ka’b bin ‘Ujrah ! Semoga Allah melindungimu dari kepemimpinan
orang-orang pandir. Para pemimpin yang muncul setelahku dimana mereka
tidak mengambil petunjuk dengan petunjukku dan mengambil sunnah dengan
sunnahku”. Dishahihkan oleh Al-Haakim.[29]
ثَلَاثٌُ
دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ لَا شَكَّ فِيْهِنَّ : دَعوَةُ الْمَظْلُومِ،
وَدَعوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ - سنده قوي
“Ada
tiga doa mustajab yang tidak ada keraguan padanya : doa orang yang
teraniaya, doa orang yang sedang bepergian (musafir), dan doa orang tua
kepada anaknya”.[30] Sanadnya kuat.
detikislam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan